digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Dewi Anjani Irawan
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Pembangunan Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Padalarang sebagai salah satu hub jaringan transportasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung diharapkan mampu meningkatkan konektivitas dan mobilitas antarwilayah, khususnya ke pusat kegiatan di wilayah Bandung Raya. Namun demikian, efektivitas stasiun ini sebagai simpul transit belum banyak dikaji dari sisi aksesibilitasnya. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai aksesibilitas dari Stasiun Kereta Cepat Jakarta– Bandung (KCJB) Padalarang menuju tujuan akhir penumpang. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui penyebaran kuesioner kepada 161 penumpang KCJB yang turun di Stasiun KCJB Padalarang. Nilai aksesibilitas dihitung menggunakan metode competition measure yang mempertimbangkan kompetisi antar moda transportasi lanjutan berdasarkan tiga variabel utama yaitu jarak tempuh, waktu tempuh, dan biaya perjalanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat tujuan akhir berdasarkan hasil kuesioner yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Baru Parahyangan (KBP), dan Kecamatan Padalarang. Kota Bandung merupakan tujuan terbanyak penumpang, namun Kota Cimahi menjadi wilayah dengan nilai aksesibilitas tertinggi. Sedangkan, Kecamatan Padalarang dan KBP sebagai tujuan terdekat dari stasiun tidak memiliki nilai aksesibilitas lebih baik dari Kota Cimahi. Temuan ini menegaskan bahwa aksesibilitas tidak hanya ditentukan oleh kedekatan geografis, tetapi juga oleh ketersediaan moda, efisiensi perjalanan, dan keterjangkauan biaya.