digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Shoecorner adalah perusahaan fesyen yang berasal dari Bandung. Shoecorner berfokus pada sepatu handmade wanita untuk dipakai sehari-hari. Sejak 2012. Shoecorner menghadapi berbagai masalah dalam bidang ini, permasalahan yang saat ini sedang dihadapi adalah kapasitas produksi yang rendah berujung pada stok yang tidak banyak, sehingga masalah ini akan mengarah pada penurunan penjualan secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat strategi pemasaran untuk Shoecorner untuj dapat meningkatkan penjualan dan kapasitas produksi. Untuk membuat strategi pemasaran yang terbaik bagi Shocorner, peneliti harus melakukan analisis internal dan eksternal pada lingkungan bisnis, Peneliti menggunakan STP (Segmenting, Targeting, Positioning) dan analisis bauran pemasaran untuk analisis internal dan Porter 5 Forces, analisis kompetitor, dan analisis perbandingan untuk analisis eksternal. Selain itu juga, analisis SWOT untuk mengetahui lebih banyak tentang lingkungan bisnis mereka. Alat terakhir yang digunakan oleh Shoecorner adalah, Shoecorner harus menggunakan Fishbone Diagram untuk mengetahui akar masalah-masalah yang ada, dengan alat ini Shoecorner mengetahui bahwa akar masalah yang dihadapi adalah orang dan produksi. Untuk mengatasi masalah-masalah ini, Shoecorner menggunakan analisis TOWS, Pengembangan analisis bauran pemasaran (Ansoff’ Matrix and IMC Tools) untuk membuat strategi pemasaran, untuk mengumpulkan lebih banyak informasi Shoecorner melakukan wawancara dengan 3 merek besar di Bandung dan melakukan analisis PEST. Dengan alat analisis tersebut, Shoecorner mengetahui bahwa untuk mendapatkan pasar yang lebih besar, mereka harus melakukan aktivitas pemasaran yang lebih banyak dan lebih kreatif. Aktivitas pemasaran yang pertama adalah, bergabung dengan lebih banyak toko-toko konsinyasi dan e-commerce website, aktivitas ini memudahkan Shoecorner untuk iv mendapatkan pasar yang lebih besar dan lebih banyak dengan cara yang lebih mudah dan lebuh murah. Aktivitas pemasaran yang kedua adalah melakukan lebih banyak endorsement dan iklan di Instagram. Aktivitas pemasaran yang ketiga adalah dengan mengikuti pameran di beberapa kota terbesar di Indonesia, seperti Jakarta dan Bandung. Aktivitas pemasaran yang ke empat adalah dengan melakukan promosi penjualan seperti diskon dan gratis ongkir. Selanjutnya, Shoecorner harus membuat website sendiri yang memudahkan konsumen untuk melihat produk dan melakukan pembelian, juga melakukan lebih banyak kolaborasi dengan merek lain.