Penelitian ini mengkaji bagaimana inovasi model bisnis, dengan menempatkan
redesain value proposition sebagai titik pusat, dapat digunakan untuk menjawab
berbagai kesenjangan layanan yang muncul secara konsisten dalam pembiayaan
modal kerja korporasi. Evergreen Finance (nama samaran) digunakan sebagai
studi kasus tunggal untuk memahami mengapa, meskipun kinerja portofolio
secara agregat cukup baik, perusahaan mengalami penurunan akuisisi nasabah
baru dan menghadapi tekanan yang semakin kuat dari bank dan fintech pada
segmen pembiayaan modal kerja. Secara internal, Evergreen Finance
memosisikan dirinya sebagai mitra pembiayaan yang cepat, fleksibel, dan
berorientasi pada hubungan jangka panjang. Namun, dari sudut pandang
nasabah korporat, proses persetujuan sering dirasakan lambat dan tidak pasti,
kebijakan diterapkan secara kaku, dan tata kelola hubungan terkadang tampak
tertutup dan kurang personal. Gejala-gejala ini mengindikasikan bahwa value
proposition yang berlaku tidak lagi selaras dengan kebutuhan dan definisi nilai
dari sisi nasabah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus
tunggal yang bersifat eksploratori. Data primer diperoleh melalui wawancara
mendalam dan semi-terstruktur dengan dua nasabah korporat yang dipilih secara
purposif karena mewakili situasi kritis dan kontras dalam perjalanan layanan: (1)
nasabah aktif dengan kebutuhan pencairan dana yang sangat sensitif terhadap
waktu, dan (2) nasabah loyal yang pernah mengalami gagal bayar, penarikan
unit, serta sengketa berkepanjangan, namun tetap memiliki kebutuhan
pembiayaan di masa depan. Seluruh nama perusahaan dan nasabah disamarkan
demi menjaga kerahasiaan. Data sekunder berupa materi produk, presentasi
internal, dan standar prosedur operasional dianalisis untuk merekonstruksi value
map “as-is” Evergreen Finance. Transkrip wawancara kemudian dikodekan
secara induktif menggunakan analisis tematik, dan tema-tema yang muncul
dipetakan ke dalam kerangka Value Proposition Canvas dan Business Model
Innovation.
Hasil penelitian menunjukkan adanya empat kelompok utama pain yang
berdampak tinggi bagi nasabah. Pertama, janji layanan “cepat” tidak
sepenuhnya tercapai karena proses berbasis batch dan kewajiban pengiriman
giro fisik menjadikan pencairan dana lambat dan tidak pasti bagi nasabah yang
bekerja dengan jendela waktu dua sampai tiga hari untuk pengiriman atau
pemuatan kapal. Kedua, kekakuan kebijakan terutama terkait aturan agunan dan
fleksibilitas struktur membatasi kemampuan perusahaan untuk merespons
kebutuhan proyek yang dinamis dan berbasis tenggat, serta menutup peluang dari
nasabah yang sebenarnya memiliki aset kuat seperti properti. Ketiga, tata kelola
hubungan belum selalu sejalan dengan narasi kemitraan: nasabah jangka
panjang merasa diperlakukan seperti nasabah baru, dan tindakan koleksi atau
penarikan unit kerap dipersepsikan mendadak, sepihak, dan kurang
dikomunikasikan secara transparan. Keempat, beberapa kebijakan risiko dan
keuangan—misalnya revaluasi agunan berkala yang berujung pada penurunan
limit di tengah tenor—secara tidak langsung menurunkan utilisasi fasilitas
meskipun kualitas pembayaran nasabah masih baik. Secara keseluruhan, temuan
ini menunjukkan adanya misfit antara value proposition yang dimaksudkan
perusahaan dan nilai yang benar-benar dirasakan oleh nasabah korporat.
Sebagai respons, penelitian ini mengusulkan redesain value proposition yang
bertumpu pada tiga pilar: Speed Proposition (proses dual-lane untuk FMU
dengan jalur khusus time-critical dan mekanisme pencairan bersyarat),
Capability Proposition (perluasan produk modal kerja yang dapat menggunakan
agunan non-alat berat seperti properti), dan Loyalty Proposition (aturan
stabilitas limit, praktik koleksi yang lebih peka terhadap hubungan, serta hak
istimewa operasional berbasis tier loyalitas). Ketiga pilar tersebut diterjemahkan
ke dalam penyesuaian konkret pada operasi layanan, kebijakan risiko, dan
mekanisme pengelolaan hubungan nasabah, serta disusun dalam sebuah roadmap
implementasi bertahap.
Penelitian ini berkontribusi terhadap literatur dengan menunjukkan bagaimana
value proposition design dapat dimanfaatkan bukan hanya sebagai alat
pemasaran, tetapi sebagai penggerak inovasi model bisnis dalam konteks
multifinance yang diatur secara ketat. Bagi praktisi, tesis ini menawarkan
pendekatan yang terstruktur dan berbasis bukti untuk menyelaraskan produk,
proses, dan tata kelola dengan jobs, pains, dan gains nasabah korporat pada
segmen pembiayaan modal kerja.
Perpustakaan Digital ITB