digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

REHABILITASI TEKNIS OPERASIONAL LAHAN URUG TPA PUTRI CEMPO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MASA LAYAN TPA
Terbatas  Maman Ruhiman
» Gedung UPT Perpustakaan

Permasalahan sampah yang dihadapi Indonesia selama beberapa tahun terakhir perlu menjadi prioritas seluruh elemen masyarakat maupun berbagai stakeholder terkait, termasuk seperti pada Kota Surakarta. Pada tahun 2024 sendiri tercatat Kota Surakarta menghasilkan timbulan sampah sebesar 419 ton per harinya. Sementara itu, TPA Putri Cempo yang merupakan satu-satunya fasilitas penanganan sampah hanya menampung 409 ton per hari. Adanya perbedaan antara timbulan sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diterima oleh TPA menunjukkan adanya permasalahan serius dalam upaya penangan sampah di Kota Surakarta. Walaupun pada saat ini di TPA Putri Cempo terdapat fasilitas PLTSa, kegiatan pemrosesan akhir sampah belum ideal sehingga mayoritas sampah berakhir pada lahan uruk dengan proses open dumping. Selama hampir 30 tahun TPA ini beroperasi, diprakirakan terdapat 460.814 ton sampah yang tersebar pada tiga area, yaitu Blok A, Blok B, serta Blok C yang perlu ditangani untuk selanjutnya dapat dirancang dan dioperasikan lahan uruk residu. Proses penambangan ini diproyeksikan selesai dalam kurun waktu 13 tahun dengan 275.928 ton dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF untuk suplai feedstock PLTSa dan sisanya dikembalikan ke landfill sebagai material residu dan kebutuhan tanah penutup. Untuk mengakomodasi material residu hasil pengolahan sampah makanan maupun RDF, dirancang lahan uruk residu yang terbagi dalam dua blok dengan total kapasitas mencapai 491.127 m3 atau sebanyak 638.465 ton sampah. Perancangan operasional lahan uruk dibagi menjadi Blok E seluas 1,53 Ha dengan kapasitas 211.281 m3 yang diproyeksikan penuh dalam 12 tahun serta Blok B seluas 2,03 Ha dengan kapasitas 279.847 m3 yang diproyeksi penuh dalam 20 tahun masa iii operasional sebagai TPA Regional. Adapun timbulan gas bio yang dihasilkan dalam operasional lahan uruk ini sebesar 7 kg/hari atau setara 149,23 ton CO2-eq/tahun. Untuk menangani nilai timbulan gas yang relatif kecil ini digunakan passive venting dengan bantuan area green belt untuk membantu mendispersikan gas metan diudara. Adapun area lahan uruk pasca penutupan selanjutnya dipergunakan untuk pemanfaatan lain sesuai dengan kebutuhan. Pada Blok C, lahan hasil penambangan sampah akan dimanfaatkan untuk fasilitas penerimaan sampah baru dan pemrosesan material RDF, sementara pada Blok A selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai fasilitas ruang terbuka hijau. Untuk Blok B akan dimanfaatkan kembali sebagai lahan uruk dengan sistem operasional khusus material residu. Untuk kedua zona lahan ururg residu setelah penutupan maka akan dijadikan sebagai ruang terbuka hijau yang selanjutnya dapat dijadikan sarana publik untuk rekreasi maupun edukasi. Seluruh proses rehabilitasi lahan uruk ini memerlukan biaya investasi sebesar Rp109.900.000.000,00 serta biaya operasional penambangan sampah Rp220.110,18 per-ton material yang ditambang dan biaya pengurukan sebesar Rp420.000,00 per-ton material residu yang diuruk. Adapun nilai NPV dari proyek ini senilai Rp190.983.209.499,24 dengan BCR sebesar 1,06. Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan, proyek ini dapat dinyatakan layak secara finansial.