Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman air yang dikenal sebagai
gulma dengan laju pertumbuhan cepat, sehingga sering menimbulkan masalah
lingkungan, terutama penyumbatan saluran air. Meskipun demikian, eceng gondok
juga merupakan tanaman yang memiliki potensi besar namun masih kurang
dimanfaatkan. Tanaman ini termasuk dalam biomassa lignoselulosa, dengan
komposisi utama berupa lignin sebesar 7,01%, hemiselulosa 33,90%, selulosa
21,50%, dan protein 11%. Kandungan tersebut menjadikan eceng gondok sebagai
kandidat ideal untuk studi delignifikasi. Komponen lignoselulosa ini saling terikat
dalam struktur kompleks yang memberikan kekuatan mekanik dan perlindungan
terhadap serangan mikroorganisme. Lignin sendiri memiliki struktur aromatik yang
sangat resisten terhadap degradasi baik secara kimia maupun biologis, sehingga
menjadi penghambat utama dalam pemanfaatan biomassa lignoselulosa secara
lebih lanjut. Delignifikasi atau proses pemisahan lignin dari biomassa merupakan
tahap penting dalam pengolahan lignoselulosa untuk berbagai aplikasi industri atau
memiliki nilai tambah. Namun, karena eceng gondok memiliki kandungan protein
yang cukup tinggi, diperlukan proses deproteinasi terlebih dahulu untuk mencegah
terjadinya reaksi samping yang dapat merusak struktur lignin selama proses
delignifikasi. Proses delignifikasi sendiri diharapkan dapat dilakukan melalui
pendekatan yang ramah lingkungan, dan salah satu metode yang masih berkembang
adalah delignifikasi biomimetik. Delignifikasi biomimetik merupakan pendekatan
relatif baru yang meniru cara kerja enzim alami dalam memecah lignin, namun
tidak menggunakan enzim secara langsung, melainkan memanfaatkan katalis
logam ringan seperti Mn²? dan Cu? yang dikomplekskan dengan ligan sederhana
seperti dietilamin (DEA).
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan efektivitas sistem katalis biomimetik
berbasis Mn²? dan Cu? dengan DEA sebagai pengkelat dalam proses delignifikasi
eceng gondok bebas protein. Variabel utama yang diuji dalam penelitian ini adalah
konsentrasi dietilamin (0,51%; 1,53%; dan 2,53% v/v) serta temperatur reaksi (50
°C, 75 °C, dan 95 °C), menghasilkan sembilan kombinasi kondisi proses yang
dijalankan selama enam jam. Evaluasi keberhasilan delignifikasi dilakukan dengan
mengamati perubahan massa biomassa dan kandungan lignin yang terlarut dalam
larutan reaksi. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi dietilamin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan efisiensi delignifikasi.
Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah lignin yang terekstraksi seiring
dengan kenaikan konsentrasi DEA. Temperatur reaksi juga memberikan kontribusi
positif, meskipun tidak sebesar pengaruh konsentrasi DEA. Kombinasi kondisi
terbaik diperoleh pada konsentrasi DEA sebesar 2,53% dan temperatur 95°C, yang
menghasilkan yield lignin tertinggi sebesar 3,52% dari massa awal biomassa serta
total efisiensi ekstraksi lignin sebesar 27,6%. Jika dibandingkan dengan metode
delignifikasi kimia menggunakan H?SO? 1%, efisiensi delignifikasi biomimetik
memang masih lebih rendah karena metode kimia mampu mengekstrak hingga
71,69% lignin. Namun demikian, dari segi keberlanjutan dan dampak lingkungan,
metode biomimetik memiliki keunggulan karena tidak menghasilkan limbah
berbahaya dan dapat dijalankan pada kondisi reaksi yang lebih ringan. Berbeda
dengan metode kimia menghasilkan limbah seperti lindi hitam (black liquor) yang
tidak bisa dimanfaatkan. Pengamatan visual menunjukkan perubahan warna
menjadi lebih terang, yang merupakan indikasi penurunan kandungan lignin. Selain
itu, terjadinya aglomerasi atau penggumpalan pada biomassa menunjukkan adanya
peningkatan gugus hidroksil bebas sebagai hasil pemutusan ikatan lignin dalam
struktur sel. Fenomena ini memperkuat dugaan bahwa proses biomimetik mampu
memecah ikatan antara lignin dengan komponen lignoselulosa lainnya, serta
mendukung hipotesis bahwa delignifikasi biomimetik memiliki potensi besar
sebagai pendekatan alternatif dalam pengolahan biomassa, dengan memanfaatkan
katalis logam ringan dan ligan sederhana. Dengan adanya percobaan ini, diperoleh
dasar yang kuat untuk pengembangan lebih lanjut dari sistem katalis biomimetik,
khususnya melalui optimasi komposisi katalis, waktu reaksi, dan kondisi operasi.
Dengan demikian, delignifikasi biomimetik memiliki peluang besar untuk menjadi
bagian penting dalam rantai konversi biomassa yang berkelanjutan di masa depan.
Perpustakaan Digital ITB