Abstrak - Olivia Putri Tantri
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Asparagus (Asparagus officinalis L.) merupakan tanaman sayuran dan obat karena sifat diuretiknya. Tanaman ini sulit diperbanyak secara konvensional dari biji karena viabilitas rendah, pertumbuhan lambat, dan rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, teknik kultur jaringan menggunakan bioreaktor ebb-and-flow dipilih untuk menghasilkan tanaman asparagus yang bebas dari penyakit serta dapat diotomatisasi untuk menghasilkan bibit yang banyak dalam waktu singkat. Bioreaktor ini terdiri dari dua wadah, yaitu wadah budidaya dan wadah penyimpanan media dengan siklus pemompaan otomatis. Pucuk hasil kultivasi ini dipanen setelah dua minggu, sebagian diambil untuk optimasi medium perakaran pada medium cair dengan hormon IBA (Indole-3-butyric acid) pada variasi konsentrasi 1,5 ppm dan 3 ppm. Sebagian pucuk lainnya serta hasil kultur padat digunakan untuk ekstraksi selulosa menggunakan metode Updegraff. Parameter yang dianalisis berupa performa pertumbuhan, perubahan komposisi medium dan kandungan selulosa. Potensi asparagus sebagai bahan baku Carboxymethyl Cellulose (CMC) dianalisis menggunakan asparagus dewasa dari pasar komersial setelah ekstraksi selulosa menggunakan metode alkaline treatment, bleaching menggunakan metode oxidative bleaching treatment, dan sintesis CMC melalui proses eterifikasi menggunakan natrium kloroasetat. Seluruh percobaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perendaman 2 menit setiap 4 jam dan 8 jam, secara berturut-turut kultur asparagus memberikan laju pertumbuhan relatif sebesar 51,13 ± 13,81 mg/g/hari dan 39,91 ± 2,39 mg/g/hari, laju peningkatan tinggi sebesar 0,70 ± 0,13 mm/hari dan 0,18 ± 0,05 mm/hari; indeks multiplikasi sebesar 0,21 ± 0,08 tunas/eksplan dan 0,49 ± 0,24 tunas/eksplan; perubahan kandungan sukrosa sebesar 1,52 ± 0,55 g/L dan 2,48 ± 2,00 g/L; perubahan konduktivitas medium sebesar 0,50 ± 0,32 mS/cm dan 0,13 ± 0,04 mS/cm; perubahan pH medium sebesar 1,20 ± 0,08 dan 1,14 ± 0,21; perakaran hingga hari ke-30 tidak tumbuh. Rendemen selulosa asparagus hasil kultivasi dalam kultur padat, bioreaktor ebb-and-flow pada perendaman 2 menit setiap 4 jam dan 8 jam, serta asparagus dewasa secara berturut-turut adalah 19,83 ± 0,63%, 18,48 ± 3,76%, 22,70 ± 8,40%, 12,98 ± 0,45%. Rendemen, derajat substitusi, persentase solubilitas, densitas, dan viskositas CMC yang dihasilkan asparagus dewasa secara
berturut-turut sebesar 47,53 ± 1,76%, 0,13 ± 0,01, 9,07 ± 2,67%, 1,00 ± 0,01 g/cm3 , dan 0,96 ± 0,03 cP. Hasil perakaran, yang merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan transplantasi tanaman ke tanah, menunjukkan bahwa perlakuan perendaman 2 menit setiap 4 jam dan 8 jam dalam bioreaktor ebb-and-flow yang digunakan belum optimal untuk produksi bibit asparagus. Meskipun demikian, rendemen selulosa hasil kultur jaringan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan asparagus dewasa. Di sisi lain, karakteristik CMC belum memenuhi kriteria CMC komersial, yang umumnya memiliki solubilitas dan viskositas yang tinggi dalam air.
Kata kunci : Asparagus officinalis L., bioreaktor ebb-and-flow, frekuensi perendaman, selulosa, carboxymethyl cellulose
Perpustakaan Digital ITB