digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sri Hartati
PUBLIC Open In Flipbook Yati Rochayati

COVER Sri Hartati
PUBLIC Open In Flipbook Yati Rochayati

BAB 1 Sri Hartati
PUBLIC Open In Flipbook Yati Rochayati

BAB 2 Sri Hartati
PUBLIC Open In Flipbook Yati Rochayati

BAB 3 Sri Hartati
PUBLIC Open In Flipbook Yati Rochayati

BAB 4 Sri Hartati
PUBLIC Open In Flipbook Yati Rochayati

BAB 5 Sri Hartati
PUBLIC Open In Flipbook Yati Rochayati

PUSTAKA Sri Hartati
PUBLIC Open In Flipbook Yati Rochayati

Luka pada kulit dapat menyebabkan fungsi kulit menjadi terganggu. Penutup luka dibutuhkan agar tidak terjadi infeksi pada kulit yang terluka. Beberapa kriteria penutup luka yang baik antara lain dapat menyerap eksudat dari permukaan luka, memiliki kandungan antibakteri, menjaga permukaan luka dari bakteri dan debu, menjaga kelembaban luka, dan bersifat biokompatibel. Salah satu bentuk penutup luka modern yang ramai dikembangkan saat ini adalah nanoserat. Nanoserat dapat diproduksi menggunakan metode pemintalan elektrik yang menggunakan prinsip pemberian tegangan tinggi pada ujung jarum spuit yang berisi larutan polimer. Polimer yang biasa digunakan sebagai matriks nanoserat adalah polivinilpirolidon (PVP). PVP merupakan polimer yang sering digunakan untuk berbagai bidang aplikasi biomedis dan bersifat biokompatibel. Serat PVP memiliki laju degradasi yang tinggi karena bersifat higroskopis, sehingga dibutuhkan campuran polimer lain agar serat yang dihasilkan kuat dan memiliki laju degradasi yang lebih rendah. Penambahan Selulosa Asetat (SA) dapat menjadi solusi permasalah tersebut. Pembuatan nanoserat PVP/SA dapat dicampur dengan berbagai ekstrak bahan alam yang bisa digunakan sebagai penutup luka, salah satunya adalah ekstrak kulit manggis (EKM). EKM telah banyak digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit, karena mengandung antioksidan dan antibakteri yang tinggi. Pembuatan nanoserat PVP/SA mengandung EKM dilakukan dengan metoda pemintalan elektrik menggunakan larutan polimer PVP/SA dengan konsentrasi sebesar 8, 9, 10, 11 dan 12% (b/b) yang memiliki perbandingan massa PVP:SA sebesar 6:4. Masing-masing larutan polimer PVP/SA dicampur dengan larutan EKM 10% (b/b) menjadi larutan prekursor dengan perbandingan massa PVP/SA:EKM sebesar 6:4. Serat dipintal pada tegangan kerja 12,5 kV, laju alir 1 ?L/menit, dan jarak antara ujung jarum dengan kolektor 10 cm. Rata-rata diameter yang diperoleh dari pemintalan untuk masing-masing konsentrasi adalah 302, 447, 558, 642, dan 658 nm. Ukuran diameter dipengaruhi oleh viskositas dan konduktivitas larutan. Semakin besar viskositas larutan prekursor, maka diameter serat yang dihasilkan juga semakin besar. Larutan dengan kandungan EKM yang lebih banyak memiliki nilai konduktivitas dan tegangan permukaan yang lebih besar. Saat proses pemintalan, larutan dengan konduktivitas yang lebih besar memiliki jumlah ion yang lebih banyak sehingga menghasilkan gaya Coulomb yang lebih besar yang mengakibatkan terjadinya peregangan yang lebih besar sehingga nanoserat yang terbentuk memiliki diameter yang lebih kecil. Hasil karakterisasi FTIR pada nanoserat PVP/SA/EKM menunjukkan adanya interaksi antarmolekul PVP, SA, dan EKM. Penambahan EKM menyebabkan beberapa puncak bergeser dan terbentuk ikatan baru, tetapi pada umumnya masih merepresentasikan gugus fungsi pada grup yang sama. Bilangan gelombang puncak 1430 cm-1 mengalami pergeseran menjadi 1450 cm-1 yang merupakan ikatan C=C streching dari grup aromatik dan puncak kuat pada EKM. Selain itu, muncul dua puncak baru akibat penambahan EKM yaitu puncak 1285 cm-1 yang merupakan ikatan C=O stretching dari grup aromatik keton dan puncak 842 cm-1 yang merupakan vibrasi flexural C–H dari grup aromatik hidrokarbon. Berdasarkan spektrum XRD, EKM mempunyai struktur kristal serta PVP dan SA mempunyai struktur amorf sehingga menghasilkan nanoserat PVP/SA/EKM yang berstruktur amorf. Hasil karakterisasi sifat termal DSC/TGA nanoserat PVP/SA/EKM mengalami sedikit pergeseran dari wujud sebelum dipintal. Nilai Tg, Tc, dan Tm bergeser disebabkan oleh pencampuran PVP, SA, dan EKM. Nilai Tg nanoserat PVP/SA/EKM berkisar antara 149°C sampai 152°C. Nilai Tg menurun diasumsikan karena perubahan struktur akibat pencampuran polimer dengan EKM. Nilai Tc nanoserat PVP/SA/EKM berkisar antara 350°C hingga 353°C dan nilai Tm berkisar antara 524°C hingga 537°C. Hal ini menunjukkan bahwa EKM telah tercampur ke dalam PVP dan SA. Pengujian derajat pengembangan menunjukkan bahwa nanoserat PVP/SA/EKM memiliki derajat pengembangan 402% hingga 880%. Nilai ini berada dalam rentang kriteria derajat pengembangan penutup luka yang ideal. Data uji tarik menunjukkan bahwa konsentrasi larutan prekursor mempengaruhi kekuatan lembaran serat. Semakin kecil diameter nanoserat PVP/SA yang dihasilkan, maka sifat mekaniknya semakin bagus. PVP/SA/EKM dengan konsentrasi larutan prekursor kecil dapat menghasilkan nanoserat dengan sifat mekanik yang bagus. Berbeda dengan hasil uji tarik nanoserat PVP/SA/EKM, konsentrasi larutan yang kecil memiliki hasil yang kurang bagus, hal ini diasumsikan karena banyaknya kandungan EKM yang terdapat dalam larutan konsentrasi kecil. Penambahan EKM menyebabkan sifat mekanik serat menjadi menurun. Hasil uji antibakteri larutan EKM dan nanoserat PVP/SA/EKM menunjukkan zona hambat antara 6 dan 13 mm. Berdasarkan pengujian, kadar asam asetat dalam nanoserat PVP/SA/EKM hanya sekitar 2 sampai dengan 4%. Kadar asam asetat tersebut masih di bawah standar toleransi kulit yaitu 10%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nanoserat PVP/SA/EKM yang dibuat dapat dijadikan sebagai penutup luka.