digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Aisyah Ali Maulidina
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Kota Cirebon, sebagai inti Kawasan Perkotaan Cirebon dan simpul strategis di timur Jawa Barat telah mengalami urbanisasi pesat dalam satu dekade terakhir. Perannya sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan bagian dari Kawasan Perkotaan Inti Rebana (berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2021) mendorong peningkatan signifikan kebutuhan ruang untuk permukiman, infrastruktur, dan fasilitas. Namun, keterbatasan lahan di pusat kota menjadi hambatan utama dalam mengakomodasi pertumbuhan berkelanjutan. Tekanan di pusat kota ini menyebabkan ekspansi pembangunan tidak terencana ke wilayah pinggiran yang memicu terjadinya perembetan perkotaan (urban sprawl). Gejala ini ditandai oleh alih fungsi lahan produktif, penyebaran permukiman yang tidak terkonsolidasi, serta meningkatnya ketimpangan antara pusat dan pinggiran. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa Kawasan Perkotaan Cirebon yang meliputi Kota Cirebon dan beberapa kecamatan dalam Kabupaten Cirebon menjadi salah satu kawasan yang memiliki pertumbuhan dan perkembanagn kawasan perkotaan relatif besar. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong peningkatan terhadap jumlah kebutuhan ruang untuk bermukim yakni perumahan dan permukiman. Lonjakan populasi yang cepat, bersamaan dengan meningkatnya permintaan untuk ruang tempat tinggal, mengakibatkan pembangunan perumahan dan lokasi usaha oleh warga terus meningkat. Dalam jangka panjang, urban sprawl dapat menimbulkan masalah yang lebih kompleks yakni menurunnya kualitas lingkungan dan fungsional kawasan perkotaan. Kondisi ini mencerminkan pengelolaan pertumbuhan perkotaan yang belum optimal, berdampak pada penurunan kualitas hidup dan melemahnya daya dukung lingkungan kota. Kawasan perkotaan yang kehilangan fungsional perkotaan memperlihatkan sisi buruk perkotaan yang tidak memenuhi standar kelayakan hidup. Oleh karena itu, perlu adanya strategi khusus untuk mengembalikan fungsi kawasan perkotaan dengan salah satu konsep kompleks yang banyak diterapkan yakni regenerasi perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan bentuk regenerasi perkotaan yang efektif dan potensial untuk diterapkan dalam mengatasi dinamika perembetan perkotaan (urban sprawl) dan penurunan fungsi kawasan di Kawasan Perkotaan Cirebon, khususnya pada area pusat dan dalam kota yang mengalami tekanan fungsional. Penilitian ini menggunakan pendekatan deduktif dengan metode campuran (mixed methods), mengombinasikan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data diolah secara kuantitatif untuk mengidentifikasi pola spasial seperti laju pertumbuhan penduduk dan lahan terbangun, serta kepadatan dan diversitas penggunaan lahan. Hasil analisis kuantitatif kemudian diperkaya dengan interpretasi kualitatif untuk memahami implikasi dan merumuskan bentuk regenerasi perkotaan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-eksplanatori yang menjelaskan hubungan kausal antara fenomena yang diamati. Kajian menunjukkan bahwa perembetan perkotaan (urban sprawl) terjadi di pinggiran kota, ditandai laju pertumbuhan lahan terbangun yang lebih tinggi daripada penduduk, sementara pusat kota dan dalam kota yang tidak mengalami sprawl justru menghadapi penurunan fungsi. Penurunan fungsi ini termanifestasi dalam kepadatan penduduk yang tinggi, dominasi permukiman dan permukiman kumuh, ketidaksesuaian lahan aktual dengan rencana tata ruang (lahan terbangun melebihi alokasi rencana), serta diversitas penggunaan lahan yang lebih rendah di pusat kota dibandingkan pinggiran. Temuan ini menegaskan bahwa ketidakseimbangan distribusi pembangunan dan penduduk menyebabkan penurunan fungsi di pusat kota, dalam kota, dan pinggiran dalam kota. Hasil penelitian ini adalah bentuk regenerasi perkotaan yang spesifik berdasarkan karakteristik unik setiap orientasi kawasan (pusat dan dalam kota). Bentuk regenerasi perkotaan ini meliputi kota kompak (compact city), pengembangan berorientasi transit (Transit Oriented Development/TOD), dan peremajaan kawasan kumuh (slum upgrading) untuk pusat kota, serta mixed-use regeneration untuk kawasan dalam kota. Sumbangan penelitian ini adalah penyediaan kerangka konseptual dan rekomendasi kebijakan yang relevan bagi Pemerintah Kota Cirebon dalam upaya penataan kota yang berkelanjutan, khususnya dalam mengelola dampak urban sprawl dan memulihkan vitalitas kawasan perkotaan inti.