digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Wahid Ramadhan Sisan
PUBLIC Open In Flipbook Perpustakaan Prodi Arsitektur

Kepulauan Maluku telah dikenal sebagai kawasan penghasil rempah-rempah sejak abad ke-13 khususnya cengkih dan pala. Kedatangan bangsa Portugis pada awal abad ke-16, menjadi awal perebutan kekuasaan atas sumber rempah di Ternate dan Tidore. Persaingan ini berdampak pada pembangunan benteng sebagai pusat perdagangan, pertahanan, dan permukiman. Hingga pada awal abad ke-17 terjadi beberapa kali perpindahan kekuasaan antar bangsa eropa di Ternate sebelum akhirnya dikuasai oleh pemerintahan Kolonial Belanda. Dinamika kekuasaan Kolonial dan Kesultanan mempengaruhi struktur penataan massa dan ruang Kota Ternate. Keberadaan elemen kota seperti benteng, masjid kesultanan, pasar, pelabuhan dan bangunan pemerintahan serta ruang terbuka secara hierarkis menjadi penanda historis perkembangan Kota Ternate. pada awalnya, jaringan jalan memisahkan kawasan kolonial dan Kesultanan Ternate. Hingga kemudian berkembang menjadi jalur penghubung antar elemen strategis kota. Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses perkembangan Kota Ternate menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sinkronik-diakronik untuk menelusuri perkembangan struktur kota dari waktu ke waktu. Teori Trancik digunakan untuk menganalisis pola spasial kota, mencakup hubungan antara massa bangunan dan ruang terbuka (figure-ground), konektivitas elemen kota (linkage), serta makna sosial dan budaya dalam ruang kota (place). Temuan penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara warisan perdagangan rempah, kekuasaan kolonial, dan sistem lokal Kesultanan secara aktif membentuk struktur ruang Kota Ternate dari masa ke masa. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman perkembangan kota historis di Indonesia, serta memperlihatkan bagaimana warisan rempah turut membentuk identitas dan susunan ruang Kota Ternate hingga saat ini.