digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Keselamatan kerja di lingkungan perguruan tinggi perlu mendapat perhatian karena banyaknya potensi bahaya, terutama kebakaran, yang kerap memicu kecelakaan kerja. Salah satu metode untuk mitigasi dampak kebakaran adalah melalui pelatihan keselamatan untuk meningkatkan pengetahuan dan membentuk perilaku tanggap darurat. Meskipun demikian, metode pelatihan keselamatan tradisional yang saat ini banyak digunakan, seperti video, bersifat pasif dan kurang efektif dalam membangun pemahaman. Untuk menjawab tantangan tersebut, PT Motiolabs Digital Indonesia sebagai pengembang teknologi digital menginisiasi penerapan teknologi virtual reality (VR) dan mixed reality (MR) sebagai solusi inovatif yang menawarkan pengalaman pelatihan interaktif dan simulasi situasi darurat secara realistis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas penggunaan VR dan MR dalam meningkatkan pemahaman materi pelatihan keselamatan kebakaran. Penelitian mencakup perancangan konten dan evaluasi prototipe modul pelatihan keselamatan melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Perancangan konten dilakukan dengan metode spiral product development yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengembangan konsep, desain tingkat sistem, desain detail, pembuatan prototipe, pengujian, serta produksi dan peluncuran. Evaluasi dilakukan melalui eksperimen between-subjects pada 36 partisipan, yang dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan metode pelatihan keselamatan yang digunakan, yaitu video sebagai metode existing, serta VR dan MR sebagai metode usulan. Partisipan diberikan pelatihan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran performansi, beban kerja mental, dan tingkat usability. Performansi diukur melalui peningkatan skor pre-test dan post-test yang menguji pengetahuan partisipan terkait penanganan bahaya api. Usability dinilai secara kuantitatif menggunakan kuesioner System Usability Scale (SUS) dan Virtual Reality System Usability Questionnaire (VRSUQ), serta secara kualitatif melalui Concurrent Think-Aloud (CTA). Beban kerja mental diukur secara subjektif menggunakan kuesioner NASA-RTLX dan secara objektif melalui analisis HRV. Hasil penelitian menunjukkan kedua usulan metode pelatihan terbukti meningkatkan pemahaman dilihat dari adanya peningkatan skor pre-test dan post-test yaitu rata-rata 2 untuk MR dan 0,4 untuk VR, dengan peningkatan pada MR lebih tinggi dibandingkan VR, meskipun perbedaannya tidak signifikan (p > 0,05). Beban kerja mental yang diukur melalui parameter HR, RMSSD, dan NASA-RTLX menunjukkan bahwa metode MR memiliki tingkat beban mental yang lebih tinggi dibandingkan VR, tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan. Tingkat usability metode MR menunjukkan rata-rata skor SUS lebih rendah, yaitu 53,1 dibandingkan VR sebesar 56,3, sedangkan rata-rata skor VRSUQ metode MR lebih tinggi, yaitu 66,9 dibandingkan VR sebesar 60. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan pada kedua pengukuran tersebut. Meskipun performa, beban mental, dan usability MR dan VR belum sebaik video sebagai metode existing, MR menunjukkan keunggulan relatif dibandingkan VR sehingga rancangan perbaikan difokuskan pada metode MR. Berdasarkan evaluasi usability diperoleh 15 saran perbaikan, meliputi perbaikan pada tahap awal simulasi, penyampaian informasi jenis APAR, prosedur penggunaan, interaksi dengan APAR, serta penutupan simulasi.