Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Keselamatan kerja di lingkungan perguruan tinggi perlu mendapat perhatian karena
banyaknya potensi bahaya, terutama kebakaran, yang kerap memicu kecelakaan kerja. Salah
satu metode untuk mitigasi dampak kebakaran adalah melalui pelatihan keselamatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan membentuk perilaku tanggap darurat. Meskipun demikian,
metode pelatihan keselamatan tradisional yang saat ini banyak digunakan, seperti video,
bersifat pasif dan kurang efektif dalam membangun pemahaman. Untuk menjawab tantangan
tersebut, PT Motiolabs Digital Indonesia sebagai pengembang teknologi digital menginisiasi
penerapan teknologi virtual reality (VR) dan mixed reality (MR) sebagai solusi inovatif yang
menawarkan pengalaman pelatihan interaktif dan simulasi situasi darurat secara realistis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas penggunaan VR dan MR dalam
meningkatkan pemahaman materi pelatihan keselamatan kebakaran.
Penelitian mencakup perancangan konten dan evaluasi prototipe modul pelatihan
keselamatan melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Perancangan konten dilakukan
dengan metode spiral product development yang meliputi perencanaan kebutuhan,
pengembangan konsep, desain tingkat sistem, desain detail, pembuatan prototipe, pengujian,
serta produksi dan peluncuran. Evaluasi dilakukan melalui eksperimen between-subjects
pada 36 partisipan, yang dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan metode pelatihan
keselamatan yang digunakan, yaitu video sebagai metode existing, serta VR dan MR sebagai
metode usulan. Partisipan diberikan pelatihan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran performansi, beban kerja mental,
dan tingkat usability. Performansi diukur melalui peningkatan skor pre-test dan post-test
yang menguji pengetahuan partisipan terkait penanganan bahaya api. Usability dinilai secara
kuantitatif menggunakan kuesioner System Usability Scale (SUS) dan Virtual Reality System
Usability Questionnaire (VRSUQ), serta secara kualitatif melalui Concurrent Think-Aloud
(CTA). Beban kerja mental diukur secara subjektif menggunakan kuesioner NASA-RTLX
dan secara objektif melalui analisis HRV.
Hasil penelitian menunjukkan kedua usulan metode pelatihan terbukti meningkatkan
pemahaman dilihat dari adanya peningkatan skor pre-test dan post-test yaitu rata-rata 2
untuk MR dan 0,4 untuk VR, dengan peningkatan pada MR lebih tinggi dibandingkan VR,
meskipun perbedaannya tidak signifikan (p > 0,05). Beban kerja mental yang diukur melalui
parameter HR, RMSSD, dan NASA-RTLX menunjukkan bahwa metode MR memiliki
tingkat beban mental yang lebih tinggi dibandingkan VR, tetapi tidak menunjukkan adanya
perbedaan signifikan. Tingkat usability metode MR menunjukkan rata-rata skor SUS lebih
rendah, yaitu 53,1 dibandingkan VR sebesar 56,3, sedangkan rata-rata skor VRSUQ metode
MR lebih tinggi, yaitu 66,9 dibandingkan VR sebesar 60. Namun, tidak terdapat perbedaan
signifikan pada kedua pengukuran tersebut. Meskipun performa, beban mental, dan usability
MR dan VR belum sebaik video sebagai metode existing, MR menunjukkan keunggulan
relatif dibandingkan VR sehingga rancangan perbaikan difokuskan pada metode MR.
Berdasarkan evaluasi usability diperoleh 15 saran perbaikan, meliputi perbaikan pada tahap
awal simulasi, penyampaian informasi jenis APAR, prosedur penggunaan, interaksi dengan
APAR, serta penutupan simulasi.
Perpustakaan Digital ITB