digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan di setiap sektor industri, termasuk sektor konstruksi yang memiliki tingkat risiko kecelakaan tinggi. Pelatihan keselamatan merupakan salah satu metode pencegahan yang paling banyak digunakan untuk meningkatkan keselamatan pekerja. Namun dalam penerapannya, masih terdapat banyak tantangan dari pelaksanaan metode pelatihan keselamatan yang sudah ada, terutama dalam mengatasi bahaya kerja di ketinggian. Untuk menjawab tantangan tersebut, PT Motiolabs Digital Indonesia selaku perusahaan pengembang perangkat lunak dan teknologi digital di Bandung mempelopori penerapan teknologi Virtual Reality (VR) sebagai solusi baru metode pelatihan keselamatan di industri konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang konten pelatihan keselamatan berbasis VR, mengukur efektivitas dan usability-nya, serta membandingkan efektivitasnya dengan pelatihan keselamatan konvensional berbasis video. Metode VR dianggap memiliki potensi untuk memberikan pengalaman pelatihan yang lebih interaktif dan realistis, sehingga dapat meningkatkan pemahaman pekerja tentang bahaya kerja di ketinggian. Penelitian mencakup pembahasan tentang perancangan konten dan evaluasi prototipe modul pelatihan keselamatan VR. Perancangan konten dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja spiral product development process, yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan kebutuhan, pengembangan konsep, desain tingkat sistem, desain detail, pembuatan prototipe, pengujian, serta produksi dan peluncuran. Evaluasi dilakukan dengan eksperimen between-subjects untuk masing-masing 12 partisipan dari setiap metode pelatihan keselamatan, video dan VR. Hal-hal yang diukur pada pengujian meliputi performansi, beban kerja mental pada saat pelatihan, dan usability metode pelatihan keselamatan. Performansi diukur melalui pemberian pre-test dan post-test kepada partisipan. Beban kerja mental diukur secara subjektif dan objektif melalui kuesioner NASA-RTLX dan pengukuran Heart Rate Variability (HRV). Usability diukur secara kuantitatif dan kualitatif melalui kuesioner System Usability Scale (SUS), kuesioner Virtual Reality System Usability Questionnaire (VRSUQ), dan Concurrent Think-Aloud (CTA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pelatihan video dan VR terbukti meningkatkan pemahaman, meski tidak signifikan, dengan rata-rata peningkatan secara berurutan adalah 2.5 dan 2. Beban kerja mental antara kedua metode pelatihan keselamatan yang diukur melalui HRV dan NASA-RTLX juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, dengan rata-rata menunjukkan bahwa pelatihan menggunakan VR memberikan beban yang lebih besar. Namun dari segi pengukuran usability, diperoleh bahwa metode pelatihan video memberikan hasil yang signifikan lebih baik dibandingkan metode pelatihan VR, dengan rata-rata secara berurutan adalah 79.4 dan 61.3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, metode pelatihan VR dianggap lebih berpotensi untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman pelatihan jika memiliki performa usability yang lebih baik sehingga pengembangan modul pelatihan juga difokuskan pada metode VR. Dihasilkan 15 rancangan perbaikan yang dibuat berdasarkan keluhan partisipan pada CTA dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip usability heuristics. Berdasarkan rancangan perbaikan yang telah dibuat, Motiolabs perlu menyempurnakan modul pelatihan VR agar siap dari segi kualitas dan kesesuaiannya dengan kondisi nyata di konstruksi.