Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan di setiap sektor
industri, termasuk sektor konstruksi yang memiliki tingkat risiko kecelakaan tinggi.
Pelatihan keselamatan merupakan salah satu metode pencegahan yang paling banyak
digunakan untuk meningkatkan keselamatan pekerja. Namun dalam penerapannya, masih
terdapat banyak tantangan dari pelaksanaan metode pelatihan keselamatan yang sudah ada,
terutama dalam mengatasi bahaya kerja di ketinggian. Untuk menjawab tantangan tersebut,
PT Motiolabs Digital Indonesia selaku perusahaan pengembang perangkat lunak dan
teknologi digital di Bandung mempelopori penerapan teknologi Virtual Reality (VR) sebagai
solusi baru metode pelatihan keselamatan di industri konstruksi. Penelitian ini bertujuan
untuk merancang konten pelatihan keselamatan berbasis VR, mengukur efektivitas dan
usability-nya, serta membandingkan efektivitasnya dengan pelatihan keselamatan
konvensional berbasis video. Metode VR dianggap memiliki potensi untuk memberikan
pengalaman pelatihan yang lebih interaktif dan realistis, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman pekerja tentang bahaya kerja di ketinggian.
Penelitian mencakup pembahasan tentang perancangan konten dan evaluasi prototipe modul
pelatihan keselamatan VR. Perancangan konten dilakukan dengan menggunakan kerangka
kerja spiral product development process, yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan
kebutuhan, pengembangan konsep, desain tingkat sistem, desain detail, pembuatan
prototipe, pengujian, serta produksi dan peluncuran. Evaluasi dilakukan dengan eksperimen
between-subjects untuk masing-masing 12 partisipan dari setiap metode pelatihan
keselamatan, video dan VR. Hal-hal yang diukur pada pengujian meliputi performansi,
beban kerja mental pada saat pelatihan, dan usability metode pelatihan keselamatan.
Performansi diukur melalui pemberian pre-test dan post-test kepada partisipan. Beban kerja
mental diukur secara subjektif dan objektif melalui kuesioner NASA-RTLX dan pengukuran
Heart Rate Variability (HRV). Usability diukur secara kuantitatif dan kualitatif melalui
kuesioner System Usability Scale (SUS), kuesioner Virtual Reality System Usability
Questionnaire (VRSUQ), dan Concurrent Think-Aloud (CTA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pelatihan video dan VR terbukti meningkatkan
pemahaman, meski tidak signifikan, dengan rata-rata peningkatan secara berurutan adalah
2.5 dan 2. Beban kerja mental antara kedua metode pelatihan keselamatan yang diukur
melalui HRV dan NASA-RTLX juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, dengan
rata-rata menunjukkan bahwa pelatihan menggunakan VR memberikan beban yang lebih
besar. Namun dari segi pengukuran usability, diperoleh bahwa metode pelatihan video
memberikan hasil yang signifikan lebih baik dibandingkan metode pelatihan VR, dengan
rata-rata secara berurutan adalah 79.4 dan 61.3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, metode
pelatihan VR dianggap lebih berpotensi untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman
pelatihan jika memiliki performa usability yang lebih baik sehingga pengembangan modul
pelatihan juga difokuskan pada metode VR. Dihasilkan 15 rancangan perbaikan yang dibuat
berdasarkan keluhan partisipan pada CTA dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
usability heuristics. Berdasarkan rancangan perbaikan yang telah dibuat, Motiolabs perlu
menyempurnakan modul pelatihan VR agar siap dari segi kualitas dan kesesuaiannya dengan
kondisi nyata di konstruksi.
Perpustakaan Digital ITB