Keterbatasan ruang pada hunian vertikal, terutama apartemen tipe studio, memunculkan
tantangan dalam mendukung aktivitas harian sekaligus memenuhi kebutuhan
penyimpanan. Aktivitas domestik yang tumpang tindih, serta dinamika perubahan
kebutuhan penghuni dari waktu ke waktu, menuntut solusi furnitur yang mampu
meningkatkan fleksibilitas dan adaptivitas pada ruang hunian apartemen. Design for
Disassembly (DfD), sebuah pendekatan desain yang berfokus pada pembongkaran
sistematis, memiliki potensi untuk diterapkan dalam pengembangan furnitur fleksibel
yang memungkinkan proses bongkar-pasang serta modifikasi tanpa harus mengganti
keseluruhan komponen. Karakteristik ini tidak hanya meningkatkan fleksibilitas tetapi
juga menawarkan manfaat keberlanjutan, terutama dalam mengurangi limbah material.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang furnitur penyimpanan adaptif dengan
pendekatan Design for Disassembly sebagai strategi untuk meningkatkan adaptivitas
ruang pada hunian apartemen. Penelitian ini menggunakan metode design thinking,
dengan metode pengumpulan data berupa survei kuesioner daring dan observasi
lapangan. Berdasarkan hasil data, ditemukan bahwa furnitur penyimpanan adaptif yang
dapat dimodifikasi dari segi ukuran (changeable size) maupun lokasi (changeable
location) merupakan solusi yang relevan dan kontekstual dalam menjawab keterbatasan
ruang pada hunian vertikal. Maka dari itu proses perancangan difokuskan pada integrasi
prinsip DfD, seperti penerapan sistem modular, pemisahan layer, dan penggunaan
sambungan non-permanen guna memungkinkan konfigurasi ulang dan pembongkaran
untuk relokasi tanpa merusak komponen.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan desain adaptif berbasis DfD
mampu berkontribusi dalam pengembangan furnitur penyimpanan yang responsif
terhadap keterbatasan ruang dan kebutuhan mobilitas pengguna. Namun demikian,
temuan juga mengindikasikan bahwa peningkatan subdivisi modul cenderung sejalan
dengan peningkatan kompleksitas perakitan dari segi jumlah tahapan perakitan. Oleh
karena itu, diperlukan kompromi antara fleksibilitas dan kompleksitas untuk mencapai
efektivitas desain yang optimal. Implikasi dari penelitian ini membuka peluang
pengembangan desain furniture adaptif lebih lanjut, khususnya dalam optimalisasi sistem
modul, evaluasi teknis dan ergonomis, serta validasi langsung pada pengguna dalam
konteks penggunaan nyata.
Perpustakaan Digital ITB