digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Program Srikandi PT Bukit Asam (PTBA) dalam meningkatkan partisipasi, kepemimpinan, dan kesempatan setara bagi perempuan di sektor pertambangan; mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan maupun hambatan implementasinya; serta merumuskan model keberlanjutan pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) yang selaras dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dan roadmap keberlanjutan perusahaan. Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan metode wawancara mendalam, analisis dokumen, serta triangulasi data melalui SWOT dan PESTEL analysis. Kerangka analisis yang digunakan mengacu pada konsep Four Frames of Gender (Ashcraft & Mumby, 2004), yaitu Fix the Women, Value the Feminine, Create Equal Opportunity, dan Assess & Review Work Culture. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Srikandi PTBA telah efektif dalam memperkuat kapasitas kepemimpinan dan kepercayaan diri perempuan, terutama melalui pelatihan seperti Woman Leadership Series, Financial Acumen for NonFinance Professionals, dan Coaching Pra-Assessment Srikandi. Selain itu, terbentuknya Harmony Hub dan program Woman Support Woman menjadi ruang penting dalam memperkuat jejaring profesional dan dukungan psikososial antarpegawai perempuan. Namun demikian, efektivitas program masih belum sepenuhnya tercermin dalam peningkatan representasi perempuan di bidang teknis dan posisi strategis, karena sebagian besar intervensi masih berfokus pada pengembangan individu (Fix the Women) dan belum sepenuhnya menyentuh aspek struktural serta budaya kerja organisasi. Faktor keberhasilan program dipengaruhi oleh dukungan kuat dari kebijakan nasional dan manajemen puncak, integrasi dengan program TJSL dan ESG perusahaan, serta kemitraan dengan organisasi eksternal seperti Women in Mining & Energy (WIME) dan UN Women. Sementara itu, hambatan utama berasal dari budaya kerja maskulin, stereotip gender terhadap pekerjaan teknis, ketimpangan fasilitas ramah keluarga antar-site, dan kurangnya sistem evaluasi budaya kerja berbasis data. Untuk menjawab tantangan tersebut, penelitian ini merekomendasikan pengembangan model integratif gender mainstreaming yang menggabungkan keempat frames of gender ke dalam kebijakan dan sistem tata kelola PTBA, termasuk pembentukan Center for Gender & Inclusion (CGI) sebagai unit permanen di bawah Divisi SDM Strategik yang bertugas melakukan policy audit, gender data analytics, dan pengembangan kepemimpinan inklusif. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa Program Srikandi PTBA memiliki peran strategis sebagai katalis transformasi budaya organisasi menuju kesetaraan dan keberlanjutan. Agar lebih relevan di masa depan, program ini perlu bertransformasi dari paradigma “memberdayakan perempuan agar siap bersaing” menuju “membangun sistem yang inklusif dan setara bagi semua gender.” Dengan mengintegrasikan kesetaraan gender dalam prinsip ESG dan roadmap keberlanjutan, PTBA berpotensi menjadi pelopor BUMN sektor pertambangan yang berhasil mewujudkan praktik inclusive leadership dan sustainable gender governance sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDG 5 dan SDG 13) serta target nasional Net Zero Emission 2060