Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Program Srikandi PT Bukit
Asam (PTBA) dalam meningkatkan partisipasi, kepemimpinan, dan kesempatan
setara bagi perempuan di sektor pertambangan; mengidentifikasi faktor-faktor
yang memengaruhi keberhasilan maupun hambatan implementasinya; serta
merumuskan model keberlanjutan pengarusutamaan gender (gender
mainstreaming) yang selaras dengan prinsip Environmental, Social, and
Governance (ESG) dan roadmap keberlanjutan perusahaan. Pendekatan
penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan metode wawancara mendalam,
analisis dokumen, serta triangulasi data melalui SWOT dan PESTEL analysis.
Kerangka analisis yang digunakan mengacu pada konsep Four Frames of Gender
(Ashcraft & Mumby, 2004), yaitu Fix the Women, Value the Feminine, Create
Equal Opportunity, dan Assess & Review Work Culture.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Srikandi PTBA telah efektif dalam
memperkuat kapasitas kepemimpinan dan kepercayaan diri perempuan, terutama
melalui pelatihan seperti Woman Leadership Series, Financial Acumen for NonFinance
Professionals, dan Coaching Pra-Assessment Srikandi. Selain itu,
terbentuknya Harmony Hub dan program Woman Support Woman menjadi ruang
penting dalam memperkuat jejaring profesional dan dukungan psikososial
antarpegawai perempuan. Namun demikian, efektivitas program masih belum
sepenuhnya tercermin dalam peningkatan representasi perempuan di bidang teknis
dan posisi strategis, karena sebagian besar intervensi masih berfokus pada
pengembangan individu (Fix the Women) dan belum sepenuhnya menyentuh aspek
struktural serta budaya kerja organisasi.
Faktor keberhasilan program dipengaruhi oleh dukungan kuat dari kebijakan
nasional dan manajemen puncak, integrasi dengan program TJSL dan ESG
perusahaan, serta kemitraan dengan organisasi eksternal seperti Women in Mining
& Energy (WIME) dan UN Women. Sementara itu, hambatan utama berasal dari
budaya kerja maskulin, stereotip gender terhadap pekerjaan teknis, ketimpangan
fasilitas ramah keluarga antar-site, dan kurangnya sistem evaluasi budaya kerja
berbasis data. Untuk menjawab tantangan tersebut, penelitian ini
merekomendasikan pengembangan model integratif gender mainstreaming yang
menggabungkan keempat frames of gender ke dalam kebijakan dan sistem tata kelola PTBA, termasuk pembentukan Center for Gender & Inclusion (CGI) sebagai
unit permanen di bawah Divisi SDM Strategik yang bertugas melakukan policy
audit, gender data analytics, dan pengembangan kepemimpinan inklusif.
Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa Program Srikandi PTBA
memiliki peran strategis sebagai katalis transformasi budaya organisasi menuju
kesetaraan dan keberlanjutan. Agar lebih relevan di masa depan, program ini perlu
bertransformasi dari paradigma “memberdayakan perempuan agar siap
bersaing” menuju “membangun sistem yang inklusif dan setara bagi semua
gender.” Dengan mengintegrasikan kesetaraan gender dalam prinsip ESG dan
roadmap keberlanjutan, PTBA berpotensi menjadi pelopor BUMN sektor
pertambangan yang berhasil mewujudkan praktik inclusive leadership dan
sustainable gender governance sejalan dengan agenda Sustainable Development
Goals (SDG 5 dan SDG 13) serta target nasional Net Zero Emission 2060
Perpustakaan Digital ITB