Transformasi digital Indonesia yang pesat telah mendorong lonjakan permintaan terhadap infrastruktur pusat data, yang pada gilirannya meningkatkan konsumsi listrik dan emisi karbon secara signifikan. Untuk menjawab tantangan lingkungan ini dan mendukung target dekarbonisasi nasional, penelitian ini mengevaluasi kelayakan teknis dan ekonomi serta dampak pengurangan emisi dari pembangunan pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 60 MW yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan listrik pusat data hijau di wilayah Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak RETScreen Expert untuk mensimulasikan potensi produksi energi, kinerja finansial, dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), serta dipadukan dengan penilaian risiko Lingkungan dan Sosial (L&S) untuk menilai keberlanjutan proyek secara menyeluruh. Metodologi mencakup pengumpulan data primer melalui wawancara dengan pengembang pembangkit (IPP) dan kontraktor EPC, serta data sekunder dari basis data iklim ERA5 dan NASA. Spesifikasi teknis mengacu pada turbin Goldwind GWH182-5.3 berkapasitas 5,3 MW, yang dirancang untuk wilayah dengan kecepatan angin rendah hingga sedang. Model proyek disusun untuk wilayah Ciemas, Sukabumi, yang dipilih karena potensi anginnya yang tinggi dan kedekatannya dengan infrastruktur digital utama. Hasil penilaian risiko L&S menunjukkan tingkat risiko sedang untuk kontroversi proyek dan perubahan iklim, tinggi untuk keanekaragaman hayati dan kelangkaan air, serta rendah untuk risiko penggusuran, masyarakat adat, dan warisan budaya. Hal ini menandakan perlunya strategi mitigasi spesifik seperti pemantauan keanekaragaman hayati dan pengelolaan sumber daya air, tetapi dengan potensi resistensi sosial yang rendah terhadap proyek. Secara teknis, pembangkit ini diproyeksikan mampu menghasilkan sekitar 119,7 GWh listrik per tahun. Dari sisi lingkungan, proyek ini berpotensi mengurangi emisi GRK sebesar 131.745 ton CO? per tahun, setara dengan penurunan 10,9% dibandingkan pembangkit listrik tenaga batu bara 128 MW sebagai skenario pembanding. Secara finansial, proyek menunjukkan kinerja yang layak dengan IRR setelah pajak sebesar 12,2%, NPV sebesar USD 4,1 juta, dan periode pengembalian sederhana selama 10,3 tahun dalam jangka operasi 20 tahun, berdasarkan tarif referensi dari Perpres No. 112 Tahun 2022. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa variabel paling berpengaruh positif terhadap IRR adalah jumlah listrik yang diekspor ke jaringan dan tarif ekspor listrik, masing-masing berkontribusi lebih dari +0,6 deviasi standar. Sebaliknya, biaya investasi awal (CAPEX) memiliki dampak negatif paling besar dengan sensitivitas melebihi –0,4 deviasi standar. Variabel lain seperti rasio utang, biaya operasi dan pemeliharaan (O&M), jangka waktu utang, dan suku bunga menunjukkan pengaruh sedang. Solusi bisnis yang ditawarkan menekankan pentingnya sinergi antara target transisi energi PLN dan ekspansi infrastruktur digital nasional. Rencana implementasi mencakup kesiapan lahan, izin proyek, integrasi jaringan transmisi, serta mitigasi risiko ESG. Rekomendasi kelembagaan mencakup dorongan untuk pembentukan kemitraan publik-swasta, pengembangan model energi terbarukan hibrida (seperti angin dan baterai), serta penciptaan skema insentif bagi energi terbarukan yang terhubung ke pusat data. Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa integrasi energi angin untuk mendukung pusat data di Jawa Barat tidak hanya layak secara teknis dan finansial, tetapi juga unggul secara lingkungan dibandingkan pembangkit berbasis batu bara. Studi ini mengisi kesenjangan literatur dalam integrasi energi angin untuk pusat data di pasar berkembang dan menawarkan kerangka model replikasi untuk wilayah permintaan tinggi lainnya. Penelitian ini merekomendasikan agar PLN dan para pembuat kebijakan memprioritaskan integrasi energi terbarukan dalam perencanaan pusat data dan memperkuat kebijakan investasi yang ramah hijau serta mendukung pencapaian target net zero nasional.
Perpustakaan Digital ITB