digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Memasak merupakan aktivitas esensial dalam kehidupan sehari-hari, namun juga menjadi salah satu sumber utama pencemaran udara dalam ruangan. Faktor seperti metode memasak, jenis masakan, dan sistem pembakaran memengaruhi emisi polutan yang dihasilkan. Suku Minangkabau di Indonesia memiliki tradisi memasak khas dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama untuk mempertahankan cita rasa dan nilai budaya. Praktik ini diadopsi oleh banyak rumah makan Minangkabau, namun berpotensi meningkatkan konsentrasi nitrogen dioksida (NO?) yang berdampak negatif terhadap kualitas udara dan kesehatan. Penelitian ini memberikan data awal mengenai kualitas udara dari dapur tradisional di Indonesia melalui pengukuran konsentrasi NO? di dalam dan luar ruangan. Pengukuran dilakukan menggunakan metode pasif selama 12 minggu (Desember 2024–Februari 2025) di 12 titik pemantauan, terdiri dari tujuh titik di dalam dapur dan lima di sekitarnya. Presisi duplikat sampel berada dalam kisaran 89,45%– 99,25%. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi NO? di dapur rumah makan Minangkabau mengalami fluktuasi antar minggu dan antar titik pemantauan. Konsentrasi NO? di dalam ruangan lebih tinggi dibanding luar ruangan, masingmasing berkisar antara 25–654 µg/m³ dan 0–135 µg/m³. Rasio I/O rata-rata sebesar 4,265 memperlihatkan tingginya konsentrasi di dalam ruangan, namun nilai rasio semakin menurun seiring bertambahnya jarak dari dapur. Analisis spasial dengan ArcGIS memperlihatkan distribusi NO? yang tidak merata. Di dalam dapur, titiktitik terdekat dengan tungku dan minim ventilasi (SPI 1 dan SPI 4) mencatat konsentrasi tertinggi, sedangkan titik yang lebih jauh dan memiliki ventilasi silang menunjukkan kadar yang lebih rendah. Di luar ruangan, konsentrasi NO? tertinggi terdeteksi pada pekarangan dekat dapur (SPO 1 dan SPO 2), dan menurun drastis pada area yang lebih jauh serta terlindungi oleh vegetasi atau bangunan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa dampak emisi bersifat lokal dan terkonsentrasi di sekitar dapur, tanpa menyebar luas ke lingkungan pemukiman. Temuan ini menekankan pentingnya strategi pengendalian polusi udara dalam dapur tradisional guna melindungi kesehatan tanpa menghilangkan nilai budaya lokal.