Biosimilar berperan penting dalam peningkatan kualitas kesehatan, khususnya
dalam pencegahan, pengobatan, dan pengendalian penyakit. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik apoteker
terkait penggunaan biosimilar di layanan kemoterapi, mengidentifikasi faktor
pendukung dan hambatan dalam penerapannya serta mengeksplorasi korelasi
antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik apoteker terhadap biosimilar. Studi
ini melibatkan 136 apoteker anggota Himpunan Apoteker Onkologi dengan desain
penelitian potong lintang menggunakan kuisioner yang sudah divalidasi. Data
dianalisis uji statistik deskriptif serta analisis korelasi Spearman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden (n = 103, 75,73%) memiliki tingkat
pengetahuan yang baik dengan skor rata-rata 86,3 ± 20,4. Sebanyak 78,67%
responden memiliki sikap positif terhadap biosimilar, sementara 77,20%
menerapkannya dengan baik dalam praktik. Alasan utama penggunaan biosimilar
meliputi efisiensi biaya (n = 43, 32%), sebagai ketersediaan alternatif terapi (n =
35, 26%), dan untuk meningkatkan pemanfaatan obat bioteknologi (n=30, 22%).
Hambatan utama yang dihadapi adalah kesulitan dalam merekomendasikan
biosimilar kepada bagian pengelolaan dan pengadaan farmasi rumah sakit (n=26,
19%). Tidak ada korelasi bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap
maupun praktik. Namun, ditemukan korelasi yang sangat lemah antara praktik dan
sikap (r = 0,195, p = 0,023). Terdapat perbedaan signifikan dalam skor sikap
berdasarkan sumber edukasi, serta dalam skor pengetahuan dan sikap berdasarkan
lama bekerja.