Indonesia menghadapi peningkatan permintaan listrik yang didorong oleh
pertumbuhan ekonomi dan inisiatif elektrifikasi secara nasional. Pada saat yang
sama, tantangan pengelolaan sampah, khususnya di daerah perkotaan, memerlukan
solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang menjanjikan
adalah memanfaatkan panas buang dari proses insinerasi sampah untuk
menghasilkan energi listrik. Penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem
konversi langsung dari panas ke listrik berbasis Termoelektrik Generator (TEG)
pada insinerator skala komunitas, dengan studi kasus insinerator MASARO di
Kabupaten Cirebon. Sistem ini dirancang untuk menjadi sumber energi mikro yang
dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat di daerah yang belum sepenuhnya
teraliri listrik atau sebagai pelengkap pasokan listrik utama.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis teoritis,
studi literatur, dan simulasi numerik. Fokus utama adalah merancang sistem termal
antara untuk menjaga temperatur kerja modul TEG tetap di bawah batas operasional
maksimum, meskipun temperatur gas buang dari insinerator berkisar antara 800 °C
hingga 1200 °C. Sistem perantara ini terdiri atas pelat konduktor berbahan Inconel
atau baja tahan karat, dua lapisan isolator (kaowool dan aerogel), serta grafit termal
untuk menjaga distribusi panas yang merata. Di sisi dingin, digunakan heat sink
aluminium yang dilengkapi Thermal Interface Material (TIM) untuk
mempertahankan beda temperatur (?T) yang dibutuhkan agar konversi energi
optimal.
Perhitungan temperatur setelah isolasi menunjukkan bahwa penurunan temperatur
rata-rata mencapai 72% dari temperatur awal gas buang, sehingga temperatur
kontak pada modul TEG tetap dalam rentang aman. Misalnya, pada temperatur gas
buang 1000 °C, temperatur kontak pada TEG diperkirakan sekitar 280 °C. Di sisi
dingin, temperatur diasumsikan berada pada kisaran 30 °C, merepresentasikan
kondisi lingkungan tropis dengan pendinginan pasif. Modul TEG yang digunakan adalah tipe TEP1-1264-1.5 berbahan Bismuth
Telluride (Bi?Te?), berukuran 40 mm × 40 mm dan mengandung 126 pasangan
termoelektrik. Modul ini menghasilkan daya sekitar 5,9 W pada beda temperatur
180 °C (sisi panas 230 °C dan sisi dingin 50 °C). Berdasarkan desain insinerator
MASARO existing dengan luas permukaan pemasangan TEG sebesar 4,43 m²,
dapat dipasang sebanyak 2.768 modul. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya
listrik yang dapat dihasilkan berkisar antara 13,7 hingga 19,6 kWh per hari (asumsi
operasi 10 jam), cukup untuk melistriki 3 hingga 4 rumah tangga sederhana.
Untuk meningkatkan output energi, dilakukan modifikasi desain insinerator dengan
memperbesar diameter saluran gas buang dan menambahkan struktur berbentuk
kubus sebagai area tambahan pemasangan TEG. Modifikasi ini meningkatkan luas
permukaan hingga 53,63 m², memungkinkan pemasangan hingga 33.521 modul
TEG. Daya listrik yang dihasilkan pada konfigurasi ini meningkat signifikan,
mencapai 166,05 hingga 237,26 kWh per hari. Jumlah ini dapat mencukupi
kebutuhan listrik 33 hingga 59 rumah tangga, atau digunakan untuk operasional
fasilitas umum seperti penerangan jalan, pompa air, layanan kesehatan, hingga
pengisian baterai kendaraan listrik berskala kecil.
Efisiensi sistem konversi TEG dibandingkan juga dengan sistem Organic Rankine
Cycle (ORC), yang mengubah panas menjadi energi melalui konversi mekanis.
ORC memiliki efisiensi yang lebih tinggi, sekitar 10–25%, tetapi memerlukan
sistem kompleks dan biaya tinggi. Sementara itu, TEG yang lebih sederhana dan
tidak memiliki bagian bergerak hanya memiliki efisiensi 3–12% tergantung
temperatur dan material. Meskipun demikian, TEG lebih cocok untuk skala
komunitas karena keandalan jangka panjang dan kemudahan pemasangan. Bahkan,
dalam studi Huang et al. (2023), efisiensi ORC bisa mencapai 27 kali lipat dari TEG
pada kasus mesin diesel, namun TEG tetap relevan untuk aplikasi kecil dan lokasi
terpencil. Alternatif sistem hybrid (TEG dan ORC) juga menjadi solusi yang
menjanjikan untuk memaksimalkan pemanfaatan energi dari sumber panas
bergradasi temperatur.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan panas buang
dari insinerator skala komunitas melalui sistem TEG berpotensi menjadi solusi
energi lokal yang bersih, andal, dan aplikatif, terutama di wilayah dengan akses
listrik terbatas. Desain termal yang optimal dan perluasan area pemasangan menjadi
kunci untuk meningkatkan output sistem. Teknologi ini sangat cocok diintegrasikan
dalam strategi pengelolaan sampah dan energi terdesentralisasi berbasis komunitas
di Indonesia.
Perpustakaan Digital ITB