digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Dewi Supryati

Inovasi merupakan salah satu pilar utama dalam Global Competitiveness Index (GCI) dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs). Dalam konteks global, perbedaan tingkat pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) antarnegara secara global dapat dijelaskan melalui disparitas daya saing nasional. Daya saing tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan suatu negara dalam membangun dan mengelola faktor-faktor determinan yang bersumber dari kapasitas inovasinya, termasuk kesiapan sumber daya manusia, dukungan infrastruktur, serta lingkungan kebijakan yang kondusif. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana elemen-elemen sistem inovasi nasional berinteraksi dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara secara menyeluruh. Tesis ini bertujuan mengembangkan dan memvalidasi model pertumbuhan ekonomi nasional berbasis inovasi menggunakan pendekatan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM), sebuah teknik pemodelan struktural berbasis komponen yang sesuai untuk analisis eksploratif dan prediktif dengan data multivariat. Tujuan tersebut didasari oleh kebutuhan untuk merumuskan model yang tidak hanya teoritis, tetapi juga dibangun secara empiris berdasarkan data internasional yang kredibel. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 100 negara yang bersumber dari dua basis data global utama, yaitu Global Innovation Index (GII) WIPO dan GDP per capita (PPP) dari World Bank. Proses pengembangan model dimulai dengan pemilihan data tahun 2018 yang digunakan sebagai dasar pengembangan model karena mencerminkan kondisi ekonomi dan sosial yang stabil sebelum pandemi COVID-19. Tahapan Exploratory Factor Analysis (EFA) digunakan untuk mengelompokkan indikator inovasi ke dalam konstruk laten yang lebih representatif. Hasil EFA menghasilkan tiga konstruk utama, yaitu: Innovation Readiness yang mencerminkan kesiapan sistem pendidikan, SDM, dan regulasi; Innovation Productivity yang mencerminkan keluaran dari proses inovasi; serta Market & Infrastructure Support yang mencerminkan peran pendukung dari sisi infrastruktur dan pasar, dengan GDP per capita sebagai variabel output ekonomi dalam model ini. Model awal yang dikembangkan kemudian diuji kembali secara longitudinal menggunakan data ii tahun 2019, 2021, dan 2022 untuk menilai konsistensi dan relevansi struktur hubungan dalam konteks waktu yang berbeda, mencakup fase pra-pandemi, masa pandemi penuh, dan pasca pandemi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa model dasar memiliki kemampuan penjelas yang cukup baik dengan nilai R2 GDP sebesar 55.9%, namun Market & Infrastructure Support tidak secara langsung mendorong produktivitas inovasi ataupun pertumbuhan ekonomi. Model refined yang dikembangkan berdasarkan data tahun 2022 memberikan hasil terbaik dengan nilai R 2 GDP sebesar 62.1% serta menunjukkan struktur hubungan antar konstruk yang paling stabil dan teoritis. Uji mediasi menunjukkan bahwa Market & Infrastructure Support memiliki pengaruh tidak langsung terhadap GDP melalui Innovation Readiness dan Innovation Productivity (? = 0.416, p < 0.001). Hasil ini menegaskan bahwa peran Market & Infrastructure Support adalah sebagai enabler yang memperkuat ekosistem inovasi dan pengembangan kapabilitas sumber daya manusia. Penelitian ini memberikan kontribusi akademik dalam bentuk model pertumbuhan ekonomi nasional berbasis inovasi yang valid secara statistik, relevan dalam berbagai konteks waktu, dan konsisten terhadap dinamika struktural global. Noveltis dari penelitian ini terletak pada pendekatan longitudinal dalam validasi model, serta penggunaan jalur mediasi untuk memahami peran tidak langsung dari Market & Infrastructure Support. Implikasi kebijakan yang disarankan adalah bahwa intervensi terhadap investasi dan pembangunan infrastruktur sebaiknya diarahkan untuk memperkuat kesiapan inovasi dan sumber daya manusia, bukan semata-mata untuk mengejar hasil ekonomi secara langsung.