Inovasi merupakan salah satu pilar utama dalam Global Competitiveness Index
(GCI) dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/
SDGs). Dalam konteks global, perbedaan tingkat pertumbuhan Gross Domestic
Product (GDP) antarnegara secara global dapat dijelaskan melalui disparitas daya
saing nasional. Daya saing tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan suatu
negara dalam membangun dan mengelola faktor-faktor determinan yang bersumber
dari kapasitas inovasinya, termasuk kesiapan sumber daya manusia, dukungan
infrastruktur, serta lingkungan kebijakan yang kondusif. Oleh karena itu, penting
untuk memahami bagaimana elemen-elemen sistem inovasi nasional berinteraksi
dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara secara menyeluruh.
Tesis ini bertujuan mengembangkan dan memvalidasi model pertumbuhan
ekonomi nasional berbasis inovasi menggunakan pendekatan Partial Least Squares
Structural Equation Modeling (PLS-SEM), sebuah teknik pemodelan struktural
berbasis komponen yang sesuai untuk analisis eksploratif dan prediktif dengan data
multivariat. Tujuan tersebut didasari oleh kebutuhan untuk merumuskan model
yang tidak hanya teoritis, tetapi juga dibangun secara empiris berdasarkan data
internasional yang kredibel. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 100
negara yang bersumber dari dua basis data global utama, yaitu Global Innovation
Index (GII) WIPO dan GDP per capita (PPP) dari World Bank.
Proses pengembangan model dimulai dengan pemilihan data tahun 2018 yang
digunakan sebagai dasar pengembangan model karena mencerminkan kondisi
ekonomi dan sosial yang stabil sebelum pandemi COVID-19. Tahapan Exploratory
Factor Analysis (EFA) digunakan untuk mengelompokkan indikator inovasi ke
dalam konstruk laten yang lebih representatif. Hasil EFA menghasilkan tiga
konstruk utama, yaitu: Innovation Readiness yang mencerminkan kesiapan sistem
pendidikan, SDM, dan regulasi; Innovation Productivity yang mencerminkan
keluaran dari proses inovasi; serta Market & Infrastructure Support yang
mencerminkan peran pendukung dari sisi infrastruktur dan pasar, dengan GDP per
capita sebagai variabel output ekonomi dalam model ini. Model awal yang
dikembangkan kemudian diuji kembali secara longitudinal menggunakan data
ii
tahun 2019, 2021, dan 2022 untuk menilai konsistensi dan relevansi struktur
hubungan dalam konteks waktu yang berbeda, mencakup fase pra-pandemi, masa
pandemi penuh, dan pasca pandemi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa model
dasar memiliki kemampuan penjelas yang cukup baik dengan nilai R2 GDP sebesar
55.9%, namun Market & Infrastructure Support tidak secara langsung mendorong
produktivitas inovasi ataupun pertumbuhan ekonomi. Model refined yang
dikembangkan berdasarkan data tahun 2022 memberikan hasil terbaik dengan nilai
R
2 GDP sebesar 62.1% serta menunjukkan struktur hubungan antar konstruk yang
paling stabil dan teoritis. Uji mediasi menunjukkan bahwa Market & Infrastructure
Support memiliki pengaruh tidak langsung terhadap GDP melalui Innovation
Readiness dan Innovation Productivity (? = 0.416, p < 0.001). Hasil ini menegaskan
bahwa peran Market & Infrastructure Support adalah sebagai enabler yang
memperkuat ekosistem inovasi dan pengembangan kapabilitas sumber daya
manusia.
Penelitian ini memberikan kontribusi akademik dalam bentuk model pertumbuhan
ekonomi nasional berbasis inovasi yang valid secara statistik, relevan dalam
berbagai konteks waktu, dan konsisten terhadap dinamika struktural global.
Noveltis dari penelitian ini terletak pada pendekatan longitudinal dalam validasi
model, serta penggunaan jalur mediasi untuk memahami peran tidak langsung dari
Market & Infrastructure Support. Implikasi kebijakan yang disarankan adalah
bahwa intervensi terhadap investasi dan pembangunan infrastruktur sebaiknya
diarahkan untuk memperkuat kesiapan inovasi dan sumber daya manusia, bukan
semata-mata untuk mengejar hasil ekonomi secara langsung.
Perpustakaan Digital ITB