Istilah “tech winter” telah tercipta untuk mendeskripsikan terjadinya penurunan performa finansial perusahaan di sektor teknologi. Layoff sudah menjadi kejadian yang umum terjadi pada sektor teknologi sejak tahun 2023, memotivasi perlunya sebuah model financial distress spesifik untuk sektor teknologi yang dapat digunakan untuk menganalisa sektor teknologi dari sudut pandang finansial. Model financial distress digunakan untuk mendeskripsikan dan memprediksi resiko perusahaan mengalami kesulitan finansial, tidak hanya kebangkrutan, yang cukup untuk memaksa perusahaan melakukan layoff dan pengurangan aset. Riset ini menggunakan factor analysis yang sudah sering digunakan di bidang psikoanalisis dan keuangan. Factor analysis sudah berhasil dilakukan sebagai bentuk pengurangan dimensi untuk mengekstraksi dan mengurangi jumlah input finansial (rasio finansial dan/atau variabel lain) menjadi kumpulan variabel dengan jumlah yang lebih sedikit, sehingga lebih mudah untuk diinterpretasi. Termasuk di riset ini adalah penggunaan entropi Shannon untuk menjelaskan total isi informasi dan melakukan pengurangan dimensi lebih jauh sebelum dilakukannya regresi logistik. Regresi logistic dilakukan untuk membangun model financial distress dengan keluaran probabilitas dan klasifikasi kesulitan finansial, diberikan input dengan jumlah yang sudah dikurangi sebelumnya melalui factor analysis dan entropi. Riset ini menggunakan sampel perusahaan dari NASDAQ dan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdaftar sebagai perusahaan teknologi, dengan tambahan perusahaan lain dari sektor lain sebagai perbandingan. Pada akhirnya, riset ini mengajukan sebuah implementasi model financial distress yang dapat digunakan untuk menganalisa trend financial distress untuk perusahaan di sektor teknologi.
Perpustakaan Digital ITB