Analisis gerak berjalan dengan peralatan terbatas menjadi tantangan tersendiri di
dalam tim riset Biomekanika, Institut Teknologi Bandung (ITB). Studio sederhana
dibangun untuk mengakomodasi penelitian terkait gerak berjalan dengan
menggunakan alat pemantau gerakan stereo sebagai alat ukur. Analisis gerak
berjalan membutuhkan analisis tingkat lanjut dengan menggabungkan ilmu tentang
kekacauan dan nonlinieritas. Pada sinyal biologis, termasuk sinyal gerak berjalan,
sinyal bersifat stokastik dan tidak stabil dikarenakan gangguan lingkungan yang
manusia tidak dapat abaikan. Rekonstruksi phase space dipilih untuk melihat
karakteristik sinyal biologis, terutama jika hanya menggunakan satu jenis alat ukur.
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan: "Bagaimana manusia
mengendalikan gangguan dalam gerak berjalan" dengan menganalisis tingkat
ketidakstabilan dan variasi ketika gerakan berjalan manusia diberikan gangguan.
Dalam penelitian ini, gangguan yang akan diberikan kepada partisipan adalah
perubahan kecepatan berjalan dari kecepatan jalan pilihan atau nyaman (PWS/????????????).
Data yang dianalisis mencakup system limbik bagian bawah yang diamati terhadap
waktu. Menggunakan metode Lyapunov Exponent (LE), Recurrence Quantification
Analysis (RQA), dan Poincare Plot, dapat terlihat bahwa adanya perbedaan antara
fase berjalan saat perubahan kecepatan dan kecepatan konstan. Selama fase
perubahan kecepatan, ???????? dan ???????? kurang dapat menjelaskan fenomena yang terjadi.
Namun, gerakan berjalan terkonfirmasi memiliki siklus terbatas dengan nilai ????????
yang mendekati nol pada fase berjalan konstan. Metode Recurrence Quantification
Analysis (RQA) menunjukkan tingkat prediktabilitas yang tinggi pada kecepatan
berjalan lebih cepat menggunakan nilai determinism (DET). Selain itu, nilai
Shannon entropy (ENT) yang lebih tinggi ditemukan pada kecepatan berjalan
konstan yang mengindikasikan kompleksitas sinyal yang tinggi. Selanjutnya, plot
Poincare dari estimasi posisi pusat massa (COM) tubuh secara lateral menunjukkan
bahwa kedua kaki berperan secara serupa dalam mengontrol tubuh, sedangkan
perlambatan mempengaruhi partisipan untuk lebih mudah mengendalikan posisi
COM tubuh namun dengan variasi yang lebih tinggi.