Tesis ini membahas tentang pemilihan lokasi baru untuk Fuel Terminal BBM oleh PT Pratama Petro Niaga di Sulawesi Utara, sebagai respons terhadap ketidakefisienan operasional, sengketa hukum terkait lahan, dan keterbatasan infrastruktur yang dihadapi terminal Bitung saat ini. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menerapkan multi-criteria decision-making yang terstruktur dalam memilih tiga alternatif lokasi yaitu lokasi RCTI (Tanjung Merah), RCTI + Amurang, dan RCTI + Amurang + Bitung. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif dan kuantitatif. Data primer dikumpulkan melalui Focus Group Discussion dan kuesioner berbasis AHP yang melibatkan lima belas pemangku kepentingan dari divisi legal, teknik, operasional, HSSE.
Model evaluasi dibangun berdasarkan empat dimensi utama yaitu Lokasi, Teknis, Sosial-Lingkungan, dan Finansial/Ekonomi yang didukung oleh dua belas sub-faktor yang diperoleh dari studi literatur dan masukan para ahli. Perbandingan berpasangan dilakukan menggunakan tools berupa Expert Choice, diikuti dengan validasi consistency ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria finansial/ekonomi memiliki bobot tertinggi, khususnya dalam hal kelayakan finansial dan efisiensi biaya. Dari ketiga alternatif yang dianalisis, lokasi RCTI memperoleh skor keseluruhan tertinggi (0,690), menjadikannya lokasi yang paling layak dari segi pertimbangan strategis, legal, dan finansial.
Penelitian ini menghasilkan rekomendasi berbasis data untuk pengembangan infrastruktur serta memberikan kontribusi berupa kerangka pengambilan keputusan yang transparan dan dapat direplikasi untuk perencanaan terminal lainnya. Metodologi yang digunakan secara efektif mengintegrasikan masukan pemangku kepentingan dengan analisis kuantitatif guna memastikan keselarasan antara prioritas strategis dan kondisi operasional di lapangan. Sebuah rencana implementasi bertahap juga diajukan sebagai acuan pengembangan terminal di lokasi yang terpilih.
Perpustakaan Digital ITB