Penelitian ini membahas kesenjangan strategis antara aset alam unggulan Situ Gunung dan pemasaran TikTok yang pasif, yang gagal melibatkan audiens inti Gen Z. Narasi merek destinasi menjadi terfragmentasi oleh konten pengguna yang tidak terkoordinasi, sehingga beresiko terhadap relevansi pasar dan pertumbuhan pengunjung. Tujuannya adalah merumuskan strategi TikTok berbasis teori untuk membangun merek yang kohesif dan mendorong pariwisata berkelanjutan pasca-pandemi. Studi ini menggunakan metodologi studi kasus kualitatif yang berfokus pada destinasi Situ Gunung. Penelitian ini memanfaatkan analisis konten kualitatif dari video TikTok pada tagar yang relevan untuk menilai posisi nerek terhadap pesaing. Analisis ini didasarkan pada Teori Kegunaan dan Gratifikasi, Teori Kredibilitas Sumber, dan prinsip-prinsip merek destinasi untuk mengembangkan rekomendasi strategis berbasis bukti bagi manajemen. Hasil penelitian mengungkap kesenjangan strategis yang signifikan: pemasaran Situ Gunung secara pasif bergantung pada User-Generated Content (UGC), sehingga kontent proaktif dengan empat pilar berdasarkan Teori Kegunaan dan Gratifikasi diusulkan. Ini dilengkapi dengan kerangka kerja influencer berjenjang, yang didasarkan pada Teori Kredibilitas Sumber, untuk membangun kehadiran merek yang otentik dan menarik. Studi ini menyimpulkan Situ Gunung harus beralih dari strategi TikTok pasif ke proaktif berbasis teori untuk membangun merek yang kohesif dan melibatkan Gen Z. Direkomendasikan untuk menerapkan peta jalan bertahap: segera aktifkan akun resmi, luncurkan kampanye “Temukan Elemenmu” dengan influencer berjenjang, dan secara konsisten bangun komunitas untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan jangka panjang.
Perpustakaan Digital ITB