2025 SK PP Catharina Natasha Ratnanovita [19022276] - Abstract
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa
Industri global fesyen mewah sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan, terutama di kawasan Asia Pasifik, yang diperkirakan akan menyumbang lebih dari 50% belanja barang mewah global pada tahun 2025. Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis lingkungan makro industri fesyen mewah di Asia, cakupan persaingannya, dan perbedaan antargenerasi, khususnya Generasi Milenial dan Generasi Z dalam merespons merek-merek ini dengan melakukan riset berdasarkan literatur yang ada.
Dengan menggunakan pendekatan data sekunder, studi ini mensintesis wawasan dari jurnal akademik yang telah melalui tinjauan sejawat, laporan industri, dan basis data statistik untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang fenomena tersebut. Penelitian ini didasarkan pada dua kerangka teori inti, yaitu PESTEL dan Porter’s Five Forces. Kerangka kerja ini menawarkan analisis multidimensi tentang lingkungan makro di sekitar industri fesyen mewah dan daya tarik industri ini di Asia.
Temuan menunjukkan bahwa Generasi Z lebih condong ke merek-merek mewah yang mencerminkan nilai-nilai etika, keterlibatan digital, dan ekspresi diri, sementara Generasi Milenial tetap mengutamakan warisan, kualitas, dan status sosial. Namun, kedua generasi tersebut sangat dipengaruhi oleh platform digital dan jaringan rekan sejawat, yang berperan sebagai mediator yang kuat dalam persepsi merek dan niat beli.
Pasar Asia sangat dinamis, dan merek-merek mewah harus beradaptasi dengan kondisi politik, ekonomi, dan teknologi yang berbeda di setiap negara. Di saat yang sama, Generasi Milenial dan Generasi Z memiliki ekspektasi yang berbeda. Generasi Milenial masih menghargai warisan, kualitas, dan status sosial, sementara Generasi Z lebih mementingkan nilai-nilai etika, ekspresi diri, dan keterlibatan daring. Namun, kedua generasi tersebut sangat bergantung pada platform digital saat berinteraksi dengan merek.
Studi ini memberikan wawasan bagi merek-merek fesyen mewah yang ingin memperkuat strategi mereka di Asia, terutama ketika menargetkan konsumen muda yang tidak hanya sadar tren tetapi juga berorientasi pada nilai. Studi ini juga memperlihatkan pentingnya menyesuaikan identitas merek dengan budaya, sosial, dan teknologi.
Perpustakaan Digital ITB