BAB 1 Panji Yusuf Erlangga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Panji Yusuf Erlangga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Panji Yusuf Erlangga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Panji Yusuf Erlangga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Panji Yusuf Erlangga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Panji Yusuf Erlangga
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Permintaan baja dunia diperkirakan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
populasi dan perekonomian, dengan sektor konstruksi dan infrastruktur sebagai
konsumen utama. Di Indonesia, produksi baja diperkirakan meningkat tajam, dari
16,85 juta ton pada tahun 2023 menjadi lebih dari 100 juta ton pada tahun 2050.
Salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia adalah pasir besi,
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan baja. Saat ini,
konsentrat pasir besi diolah melalui proses berbasis batubara seperti Blast Furnace–
Basic Oxygen Furnace dan Rotary Kiln–Electric Furnace, yang menghasilkan
emisi karbon tinggi dan menjadi tantangan tersendiri dalam upaya global
mengurangi jejak karbon sesuai Perjanjian Paris. Salah satu teknologi alternatif
yang tengah dikembangkan adalah Hydrogen Plasma Smelting Reduction (HPSR),
yang memanfaatkan hidrogen sebagai reduktor ramah lingkungan. Penelitian ini
dilakukan untuk mempelajari potensi produksi logam besi dan terak kaya titania
menggunakan HPSR dari konsentrat pasir besi.
Serangkaian percobaan meliputi karakterisasi awal konsentrat pasir besi,
pembuatan briket, percobaan reduksi dengan HPSR, dan karakterisasi hasil reduksi.
Percobaan reduksi dilakukan dalam reaktor HPSR dengan variasi waktu antara 30-
600 detik, menggunakan sampel seberat 1 gram, dan total laju alir gas campuran
gas Ar-80%H2 sebesar 5 liter/menit. Setelah reduksi, briket ditimbang kembali
untuk mengetahui penurunan berat akibat proses tersebut. Selanjutnya, briket hasil
reduksi dilakukan karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope-
Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) untuk menentukan komposisi kimia
serta distribusi unsur pada logam dan terak yang terbentuk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan waktu reduksi berdampak pada
meningkatnya kehilangan berat sampel hingga 32,55%. Kandungan Fe dalam
logam selalu berada di atas 98% pada seluruh variasi waktu. Perolehan Fe mulai
melampaui 99% pada reduksi selama 270 detik dan mencapai nilai tertinggi sebesar
99,60% pada 450 detik. Selain itu, kadar FeO dalam terak menurun hingga kurang
dari 1% pada waktu yang sama. Sebaliknya, kadar TiO2 dalam terak terus
meningkat hingga mencapai 72,95% pada 600 detik. Perolehan Ti tertinggi dalam
terak, yaitu 100% yang tercapai pada 30 dan 60 detik. Adapun perolehan V di terak
menunjukkan perolehan maksimum di terak sebesar 100% pada waktu reduksi 30
detik. Waktu reduksi selama 5 menit merupakan kondisi paling optimal karena
menunjukkan kadar FeO rendah dalam terak, kandungan TiO2 tinggi, serta
perolehan Fe di logam dan Ti di terak masing-masing melebihi 99%. Dengan rasio
daya terhadap berat sebesar 1,4 kW/gram. Secara keseluruhan, metode HPSR
terbukti efektif, efisien, dan ramah lingkungan dalam menghasilkan logam besi
serta terak kaya titania.
Perpustakaan Digital ITB