OPTIMALISASI JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM UNIT KUTOWINANGUN PERUSAHAAN UMUM DAERAH BUMI BUMI SENTOSA KABUPATEN KEBUMEN
Terbatas  Maman Ruhiman
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Maman Ruhiman
» Gedung UPT Perpustakaan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Unit Kutowinangun menghadapi peningkatan permintaan sambungan rumah seiring pertumbuhan penduduk, namun kapasitas produksi dan efisiensi pelayanan distribusi menjadi kendala karena keterbatasan. Saat ini, IPA Ungaran memiliki kapasitas produksi 40 liter per detik, sedangkan distribusi ke pelanggan hanya sekitar 31,81 liter per detik, menunjukkan terjadinya kehilangan air yang kemungkinan disebabkan oleh kebocoran pipa atau pencurian air. Selain itu, Unit Kutowinangun belum menerapkan teknologi pencatatan air seperti District Meter Area (DMA), yang dapat membantu mendeteksi kebocoran dan penyimpangan distribusi secara lebih akurat. Dalam perencanaan pengembangan, dilakukan pembelian air dari SPAM Regional Keburejo sebesar 51,23 liter per detik untuk meningkatkan kapasitas layanan. Perencanaan pengembangan ini disusun dalam periode jangka panjang, sesuai dengan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Kebumen, yang menargetkan cakupan layanan PDAM dan non-PDAM sebesar 81% pada tahun 2033. Pengembangan SPAM dilakukan dengan metode analisis kuantitatif menggunakan EPANET 2.2 untuk observasi, analisis, dan pemodelan hidraulis. Kemudian, diajukan tiga alternatif desain jaringan distribusi untuk dilakukan analisis menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW), dan hasilnya menunjukkan bahwa Alternatif 1 adalah yang paling optimal secara teknis, efisien, serta dari sisi operasional dan biaya investasi. Perencanaan District Meter Area (DMA) dirancang membentuk lima zona DMA untuk mengurangi kehilangan air pada jaringan distribusi di Unit Kutowinangun pada tahun 2035 menjadi 20%. Dengan biaya rata-rata penjualan air Rp 6000/m3 air diperoleh keuntungan selama 12 tahun sebesar 125 M. Kemudian nilai keuntungan dan pengeluaran diubah ke nilai uang sekarang dengan menganggap terjadi inflasi sebesar 6% per tahun, maka diperoleh nilai kelayakan finansial menggunakan analisis BCR lebih besar dari satu namun analisis menggunakan NPV menunjukkan nilai negatif sehingga disimpulkan proyek tersebut layak secara finansial.
Perpustakaan Digital ITB