digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dari tahun ke tahun, seiring dengan pertumbuhan populasi Indonesia, khususnya di kalangan anak muda, mempersiapkan keuangan di usia dini menjadi hal yang semakin penting. Dana pensiun seharusnya membantu individu untuk memiliki kehidupan pensiun yang lebih nyaman, tetapi pada kenyataannya belum ada program yang menarik perhatian bahkan di kalangan Gen Z. Penelitian ini berusaha mencari tahu bagaimana Instagram, salah satu sosial media yang paling sering diakses Gen Z, dapat meningkatkan brand awareness dan turut berkontribusi dalam program pensiun yang disebut "bjb Siap" yang dikelola oleh DPLK bank bjb. Sebagai generasi digital native, tentu memiliki akses ke teknologi, tetapi masih banyak Gen Z yang mengabaikan perencanaan keuangan di masa depan. Banyak dari mereka lebih mementingkan pengalaman di masa kini. Bahkan, di Instagram, sangat sedikit Gen Z yang terlibat dengan konten berkaitan dengan dana pensiun. Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana brand bjb Siap dan konten yang mereka posting di instagram membantu menciptakan awareness, dan yang lebih penting, apakah awareness tersebut bisa mendorong partisipasi nyata pada program pensiun bjb Siap. Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini mengambil pendekatan metode kuantitatif. Data diperoleh melalui survei daring dan analisis konten akun Instagram bjb Siap dengan 200 responden Gen Z dari Bandung. Dengan mengacu pada konsep Theory of Planned Behavior, Brand Awareness, dan Digital Marketing, penelitian ini berupaya menentukan tiga variabel utama: penggunaan Instagram, kualitas konten Instagram, dan kesadaran merek. Ketiga variabel tersebut kemudian dianalisis terhadap intent Gen Z untuk berpartisipasi dalam dana pensiun menggunakan pemodelan persamaan struktural (SEM) dengan bantuan SmartPLS. Hasil penelitian menunjukkan temuan yang menarik. Meskipun penggunaan Instagram dan kualitas konten mampu meningkatkan Brand Awareness, hal tersebut tidak berujung pada partisipasi. Bahkan, meskipun responden Gen Z mengenal dan mempercayai merek bjb Siap, banyak dari mereka yang tidak termotivasi untuk ikut serta dalam program yang ditawarkan. Ternyata, berkenal dengan sebuah merek tidak menjadi faktor utama jika produk yang ditawarkan (dalam hal ini, tabungan pensiun) tidak relevan bagi pengguna. Instagram memang efektif menyebarkan pesan, namun jika konten yang disampaikan tidak personal, menarik, dan emosional, pesan tersebut tidak akan membekas. Akun Instagram bjb Siap sendiri menunjukkan potensi, namun dalam hal lain terlihat seperti banyak ruang perbaikan, seperti menyiasati interaksi yang lebih mendalam. Ada missing link pada sesi interaktif yang bisa membuat percakapan jadi lebih interaktif misalnya segmenta QnA secara langsung, polling, atau menampilkan video pendek dari pengguna yang menceritakan pengalamannya dan ide-ide nya. Sesi langsung seperti ini hanya mampu dijangkau jika menjangkau audiens sebesar 25000 follower yang tidak diperoleh dengan instan. Ada beberapa hal yang perlu dibenahi seperti penempatan nurtured post yang tepat, need some action dari tim admin dan press release aktif dari instore di beberapa tempat juga. Untuk emosi yang lebih dalam perluas koneksi lewat konten yang lebih mendalam dan memperkenalkan gambar pensiun dari pendekatan mimpi yang bisa dicapai. Di mana pengampunan tanggungan dan kebebasan untuk mengejar passion. Kedua, memiliki jadwal yang ditentukan oleh si admin entah di sore pakai hari kerja ataupun akhir pekan seperti 3 kali sepekan. Itu bisa dimulai dengan bersosialisasi dengan follower sehingga berkomunikasi digunkan diunggahnya cerita, survei ketertarikan hashtagnya juga. Kombinasi seperti itu dapat meraih follower yang tersebar di negara berjalan, dan para penyuka konten tiktok. Yang ketiga. Bergabunglah langsung dengan influencer yang relevan dan jangan pikirkan respons dengan positif dan jenius. Terakhir, untuk momen simpel secara bersamaan kisah bisa bercerita secara bersamaan bukan sekadar mereka. Penelitian ini memberikan kontribusi besar bagi diskusi tentang inklusivitas keuangan baik secara akademis maupun praktis. Temuan menunjukkan bahwa meskipun platform digital seperti Instagram berguna dalam branding, perubahan perilaku yang nyata memerlukan pemahaman yang lebih dalam tentang pola perilaku, nilai, dan motivasi audiens. Selain itu, penelitian ini menekankan perlunya menyelaraskan strategi pemasaran dengan kehidupan dan aspirasi nyata para pemuda. Sebagai kesimpulan, mengajak Gen Z untuk ambil bagian dalam skema pensiun bukan hanya tentang terlihat, tetapi tentang dipahami dan dipercayai. Instagram dapat berfungsi sebagai jembatan yang kuat, tetapi hanya ketika digunakan dengan cara yang tulus, bermakna, dan personal. Jalan menuju masa depan keuangan yang lebih baik bagi generasi muda di Indonesia tidak dimulai dengan sekadar kesadaran; ini dimulai dengan keterhubungan yang otentik.