digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri kopi di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat, dengan Bandung menjadi pasar utama yang didorong oleh konsumen Milenial dan Gen Z yang mengutamakan keaslian, keterlibatan komunitas, dan pengalaman yang bermakna. Kopi Anjis, kedai kopi lokal dengan identitas nostalgia dan semangat sosial, sebelumnya populer di kalangan keluarga dan pekerja. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, penjualan melambat, kesadaran merek menurun, dan keterlibatan digital melemah terutama dari segmen usia muda. Penelitian ini bertujuan merancang reposisi strategi branding untuk menarik segmen pasar muda tanpa menghilangkan jati diri merek. Metode studi kasus kualitatif digunakan, dengan analisis internal menggunakan kerangka VRIO dan eksternal menggunakan Lima Kekuatan Porter. Analisis VRIO menemukan bahwa meski Kopi Anjis memiliki aset bernilai seperti menu khas dan nuansa lokal, banyak di antaranya tidak lagi langka atau terorganisasi secara optimal. Sementara itu, analisis Porter menunjukkan persaingan tinggi, rendahnya biaya perpindahan pelanggan, serta daya tawar konsumen yang kuat—semuanya menuntut diferensiasi merek yang lebih tajam. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan pemilik dan staf, survei pelanggan, serta evaluasi internal dengan skala Likert. Hasilnya menunjukkan bahwa Kopi Anjis memiliki citra yang mulai usang, strategi konten digital yang lemah, dan belum menjangkau segmen potensial seperti pekerja remote dan konsumen muda yang mencari tempat berinteraksi. Masalah internal seperti turnover karyawan yang tinggi dan sistem manajemen yang informal juga menghambat konsistensi pengalaman merek. Berdasarkan temuan tersebut, enam strategi branding diusulkan: (1) reposisi identitas nostalgia-modern; (2) penguatan produk unggulan; (3) pengalaman sensorik dan musiman; (4) program komunitas terstruktur (#AnjisForGood); (5) storytelling emosional melalui media digital; dan (6) kolaborasi dengan influencer lokal. Rencana implementasi selama enam bulan dirancang dengan indikator kinerja terukur, termasuk peningkatan kesadaran dan proyeksi kenaikan penjualan sebesar 15–25%. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap kajian strategi merek UMKM, dengan mengaplikasikan kerangka VRIO dan Porter secara praktis di sektor jasa. Pendekatan branding destinasi dari Balakrishnan juga diadaptasi untuk konteks café, menunjukkan pentingnya narasi emosional dan kesesuaian budaya dalam menciptakan keunggulan bersaing. Penelitian lanjutan disarankan untuk menggali lebih dalam aspek internal, terutama sistem SDM dan motivasi kerja, yang terbukti berpengaruh terhadap konsistensi dan keberhasilan merek.