digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia adalah negara dengan populasi yang sangat besar dan ekonomi yang sedang berkembang, yang membuka peluang besar bagi industri skincare, yang diperkirakan bernilai 2,4 miliar USD pada tahun 2024. Kondisi ini telah mendorong pertumbuhan yang signifikan dalam pemasaran influencer bagi merek untuk menjangkau audiens dan target segmentasi. Bentuk pemasaran ini dianggap sangat efektif, karena berfungsi sebagai perantara antara merek dan pelanggan di pasar Indonesia. Meskipun menjadi strategi periklanan yang terkemuka, terdapat banyak pandangan yang bertentangan yang menyatakan bahwa pemasaran influencer memicu emosi negatif dari sisi pelanggan. Juga disebutkan bahwa banyak pelanggan lebih cenderung mengabaikan konten yang jelas-jelas disponsori, karena dianggap tidak jujur dan bermotif komersial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perspektif pelanggan terhadap pemasaran influencer di industri skincare Indonesia menggunakan model AIDA, serta menemukan praktik terbaik/strategi yang dapat diterapkan untuk pendekatan promosi ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, dengan wawancara semi-terstruktur sebagai prosedur pengumpulan data. Data melalui dua tahap pengkodean untuk dianalisis dan disintesis. Selain itu, triangulasi menggunakan literatur dan analisis Engagement Rate Per Post (ERP) dilakukan untuk memperkuat temuan dan objektivitas penelitian ini. Studi ini menunjukkan bahwa pemasaran influencer tetap menjadi pendekatan yang sangat efektif bagi merek skincare untuk menjangkau audiens target mereka. Temuan penelitian mengungkap pola respons pelanggan bertahap empat, merujuk pada model AIDA, yang menyoroti bagaimana penemuan berbasis algoritma, keterkaitan influencer, dan penggunaan produk yang transparan memengaruhi keputusan pembelian produk perawatan kulit, dengan validasi dan skeptisisme memainkan peran kunci pada tahap pertimbangan akhir. Analisis ERP yang dilakukan pada salah satu influencer perawatan kulit terkemuka juga menunjukkan preferensi terhadap pendekatan tidak langsung dalam pemasaran influencer. Untuk mengompilasi semua informasi yang dikumpulkan, kerangka kerja bernama VIRAL (Visibility, Initial Interaction, Reasoning, Adversity, dan Long-term Outcome) dibuat sesuai dengan tujuan studi ini. Secara kesimpulan, pemasaran influencer mendapatkan tanggapan positif dari pelanggan skincare Indonesia, karena efektif dalam menarik perhatian mereka. Adapun praktik terbaik/strategi, dikompilasi dalam Kerangka Kerja VIRAL, berfungsi sebagai panduan konkret bagi merek, khususnya UMKM, untuk menerapkan pendekatan pemasaran ini di industri skincare. Studi lanjutan di bidang/industri lain disarankan untuk lebih memvalidasi informasi dalam Kerangka Kerja VIRAL, menjadikannya panduan utama untuk pemasaran influencer.