digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT CMC (Coal Mining Corporation) merupakan perusahaan pertambangan batubara di Indonesia yang berperan dalam memenuhi kebutuhan energi domestik dan ekspor. Saat ini, jadwal bongkar muat kapal mengalami tumpang tindih akibat jadwal kapal yang terlalu panjang sehingga meningkatkan biaya demurrage. Kapal yang datang sering menumpuk dan menyebabkan antrean serta keterlambatan proses bongkar muat. Situasi ini tidak hanya berdampak langsung pada biaya demurrage tetapi juga mengurangi efisiensi operasional pelabuhan dan meningkatkan risiko operasional. Untuk mengatasi tantangan bisnis tersebut, tujuan dari penelitian ini antara lain mengidentifikasi risiko operasional dan mengusulkan strategi perbaikan yang efektif untuk mengurangi demurrage. Kerangka kerja penelitian ini menggunakan gap analysis dengan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk mengurangi demurrage. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer menggunakan kuesioner yang dikembangkan berdasarkan FMEA untuk mengukur tingkat keparahan, kejadian, dan deteksi. Kuesioner diberikan kepada 15 responden yang terdiri dari tiga tim distribusi, tujuh tim dermaga Palembang, dan lima tim penanganan transportasi. Data sekunder menggunakan data historis operasional selama tiga tahun dari tahun 2022 sampai 2024. Metode analisis data menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Root Cause Analysis (RCA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis akar penyebab dengan menggunakan 5 why root cause analysis, terdapat 25 akar penyebab permasalahan. Berdasarkan RPN (risk priority number), urutan atau prioritas risiko yang dapat dikendalikan adalah sebagai berikut: (1) Menunggu tongkang kargo (tongkang kargo belum tersedia), (2) Kapal datang bersamaan (overlapping time arrival), (3) Floating crane tidak tersedia karena belum selesai melayani kapal sebelumnya, (4) Antrean karena prioritas pemuatan untuk kapal domestik, (5) Target loading rate tidak tercapai. Rekomendasi yang diajukan meliputi: memprioritaskan area berdampak tinggi dengan segera berfokus pada penanganan isu-isu yang paling mendesak, yaitu alokasi sumber daya tongkang, implementasi sistematis, mendorong kolaborasi lintas fungsi antara tim distribusi, tim dermaga Palembang, dan tim penanganan transportasi untuk memastikan implementasi yang terintegrasi dan efektif, serta strategi bertahap dalam implementasi jangka pendek, menengah, panjang, dan pemantauan kinerja berkelanjutan.