Peningkatan pesat dalam produksi limbah elektronik (e-waste) menimbulkan tantangan
lingkungan yang signifikan karena mengandung campuran antara sumber daya berharga
dan bahan berbahaya. Baterai lithium-ion (LIB), yang penting untuk perangkat elektronik
portabel dan kendaraan listrik, memberikan kontribusi besar terhadap aliran limbah ini,
dengan proyeksi volume akhir masa pakai (EOL) secara global melebihi 21 juta pak
baterai pada tahun 2040. Meskipun demikian, tingkat daur ulang lithium masih sangat
rendah (~1%), sehingga diperlukan metode pemulihan yang efisien. Daur ulang
pirometalurgi telah muncul sebagai solusi yang menjanjikan, membutuhkan prapengolahan
LIB menjadi black mass untuk peleburan suhu tinggi. Karena afinitas oksigen
lithium yang tinggi, lithium terpisah ke fase slag sebagai senyawa lithium (lithiumslagging).
Studi ini menggunakan pemodelan termodinamika (FactSage™ 7.3) untuk
mengoptimalkan kondisi peleburan black mass LIB, mengevaluasi sistem fluks (rasio
Al2O3SiO2) dan suhu untuk meningkatkan lithium-slagging dan pemulihan logam cair.
Temuan utama menunjukkan bahwa kondisi dasar (tanpa fluks) memprediksi lithiumslagging
pada 44,56%, meskipun pemulihan Co/Cu melebihi 99,8%. Kinerja optimal
diprediksi dengan fluks Al2O3 9 g, yang dapat meningkatkan pemulihan Li hingga
98,07% sekaligus mempertahankan hasil Co/Cu yang tinggi (>99,8%) namun membatasi
pemulihan Ni hingga 43,06%. Analisis sensitivitas temperatur memprediksi 1500°C
sebagai titik ideal, memaksimalkan lithium-slagging sekaligus memastikan Cu, Co, dan
Ni tetap cair. Keterbatasan studi mencakup pendekatan penggunaan padatan lithium
(bukan fase slag) dan kendala perangkat lunak akibat tidak adanya modul SGTE untuk
pemodelan paduan logam. Analisis teknoekonomi untuk pabrik daur ulang pirometalurgi
LIB di Indonesia menunjukkan kelayakan yang kuat, dengan IRR 35,17%, NPV Rp1,06
triliun, dan PBP 2,7 tahun (tingkat diskonto 10%).
Perpustakaan Digital ITB