Variation Order (VO) merupakan salah satu tantangan yang sering terjadi pada
dinamika proyek konstruksi, khususnya pada proyek berskala besar yang
melibatkan banyak disiplin dan pemangku kepentingan. VO umumnya muncul
akibat perubahan desain, kondisi lapangan yang tidak terduga, atau kebutuhan
penyesuaian teknis selama pelaksanaan proyek. Proses penanganan VO sering
memerlukan waktu penyelesaian yang cukup lama, mulai dari tahap identifikasi,
pengajuan proposal, evaluasi, hingga persetujuan akhir. Kondisi ini berpotensi
menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek, pembengkakan biaya, dan
terganggunya alur kerja yang telah direncanakan. Dalam konteks inilah,
pemanfaatan teknologi digital seperti Building Information Modeling (BIM)
menjadi relevan karena memiliki potensi besar dalam membantu proses
penyelesaian VO melalui fitur kolaborasi berbasis model 3D multidisiplin, deteksi
tabrakan (clash detection), serta ekosistem Common Data Environment (CDE) yang
memungkinkan integrasi informasi secara terpusat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam implementasi BIM
Terintegrasi berbasis Common Data Environment (CDE) dalam mendukung proses
penanganan VO pada proyek konstruksi di Indonesia. Studi kasus dilakukan pada
sebuah proyek infrastruktur transportasi berskala besar, yaitu Proyek Transportasi
X Tahap 2, yang telah menerapkan BIM-CDE sepanjang tahap pengembangan
desain. Proyek ini menggunakan sistem pengadaan Design-Build (DB) dengan
acuan dokumen kontrak FIDIC Yellow Book 1999. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode campuran (mixed methods) yang menggabungkan telaah
dokumen proyek, penyebaran kuesioner kepada pihak terkait, serta wawancara
validasi untuk memperkuat hasil analisis. Responden meliputi pemangku
kepentingan utama, yaitu Pemilik Proyek dan Kontraktor DB, sehingga hasil yang
diperoleh merepresentasikan pandangan dari kedua belah pihak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi BIM telah menjadi bagian
integral dari proses pengembangan desain, sebagaimana tertuang dalam dokumen
Employer’s Information Requirements (EIR) yang mengatur kewajiban penggunaan
BIM untuk pekerjaan permanen. Seluruh proses komunikasi dan koordinasi lintas
pemangku kepentingan dilakukan melalui platform CDE terpusat yang ditetapkan
sebagai media resmi untuk korespondensi formal. Walaupun penerapan BIM pada
ii
proses VO di proyek ini tidak secara eksplisit menjadi tujuan utama, teknologi
tersebut terbukti memberikan kontribusi signifikan. Manfaat yang dirasakan
meliputi percepatan penyelesaian VO, peningkatan kualitas komunikasi, serta
peningkatan transparansi proses VO. BIM dimanfaatkan untuk memodelkan
kondisi eksisting dan kondisi pasca-perubahan, melakukan clash detection,
mengintegrasikan analisis penjadwalan 4D, serta menyajikan perbandingan visual
dan kuantitatif jadwal sebagai dasar pengajuan proposal VO. CDE berfungsi
sebagai platform utama korespondensi formal antar pihak, yang mempercepat
proses komunikasi, dokumentasi, dan evaluasi. Implementasi BIM-CDE
memungkinkan penyelesaian proses VO dalam waktu 8–25 hari kalender, lebih
cepat dibandingkan tenggat waktu 28 hari menurut standar kontrak FIDIC Yellow
Book 1999 yang digunakan di proyek.
Faktor yang sudah mendukung implementasi BIM Terintegrasi pada penanganan
VO di proyek ini adalah keberadaan dokumen Employer’s Information Requirement
(EIR) serta BIM Execution Plan (BEP) dalam kategori Kebijakan dan Proses
Kontrak. Sementara itu, faktor yang dirasa masih menjadi hambatan utama berasal
dari kurangnya kapasitas modeller dan lemahnya pengawasan manajerial dalam
kategori Organisasi dan Personal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pada Proyek
Transportasi X Tahap 2, BIM Terintegrasi berpengaruh terhadap waktu
penyelesaian VO tidak melebihi standar kontrak. Untuk mencapai keberhasilan
implementasi BIM-CDE dalam proses penanganan VO dibutuhkan integrasi antara
pendekatan top-down secara aspek Kebijakan dan Proses Kontrak melalui EIR dan
BEP serta pendekatan bottom-up secara aspek Organisasi dan Personal melalui
penguatan kapasitas tenaga ahli modeller, pemberian pelatihan, dukungan
manajerial, dan peningkatan mindset kerja kolaboratif.
Perpustakaan Digital ITB