digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

INVESTIGASI TINGKAT KEJADIAN LATITUDINAL EQUATORIAL PLASMA BUBBLE (EPB) SEBAGAI FUNGSI PRE-REVERSAL ENHANCEMENT (PRE) DI ASIA TENGGARA BERDASARKAN PENGAMATAN IONOSONDA DAN PENERIMA GPS

131 views
Save At List
Penulis : Angelikus Olla [20218036]
Kontributor / Dosen Pembimbing :
  • Wahyu Srigutomo, S.Si., M.Si., Ph.D.
Jenis Koleksi : Tesis
Tahun Terbit :
Penerbit : Fisika
Fakultas : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Subjek :
Kata Kunci : EPB, PRE, Ionosonda, Penerima GPS.
Sumber :
Staf Input/Edit : Ratnasari  
File : 7 file
Tanggal Input : 26 Agu 2020

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi tingkat kejadian dan ekstensi latitudinal equatorial plasma bubble (EPB) sebagai fungsi pre-reversal enhancement (PRE), serta hubungan tingkat kejadian EPB dengan background densitas. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data dari ionosonda dan penerima GPS pada bulan-bulan ekuinoks (Maret-April) tahun 2011-2014. Ionosonda yang berlokasi di Chumphon-Thailand digunakan untuk mengestimasi nilai PRE. Sebanyak tiga puluh sembilan stasiun penerima GPS di wilayah Asia Tenggara (bagian barat pulau Sumatera) yang terbentang dari sekitar ekuator magnetik hingga lintang magnetik 30°LS digunakan untuk menginvestigasi tingkat kejadian latitudinal EPB untuk kasus PRE kuat dan PRE lemah. Untuk kasus PRE kuat, tingkat kejadian EPB meningkat dari 41,14% di ekuator magnetik hingga mencapai puncaknya yaitu 53,30% di lintang magnetik 9°LS, setelah itu tingkat kejadian EPB menurun hingga mencapai 0,33% di lintang magnetik 28°LS. Untuk kasus PRE lemah, tingkat kejadian EPB meningkat dari 19,54% di ekuator magnetik hingga mencapai puncaknya 24,96% di lintang magnetik 7°LS, setelah itu tingkat kejadian EPB menurun hingga mencapai 0,39% di lintang magnetik 20°LS. Temuan-temuan di atas menunjukkan bahwa, tingkat kejadian latitudinal EPB untuk kasus PRE kuat lebih tinggi dari tingkat kejadian latitudinal EPB untuk kasus PRE lemah. Terdapat perbedaan lokasi puncak tingkat kejadian EPB baik untuk kasus PRE kuat dan PRE lemah. Untuk kasus PRE kuat, puncak tingkat kejadian EPB berada di lintang magnetik 9°LS dan EPB mengalami ekstensi latitudinal hingga mencapai lintang magnetik 28°LS. Untuk kasus PRE lemah, puncak kejadian EPB berada di lintang magnetik 7°LS dan EPB mengalami ekstensi latitudinal hingga mencapai lintang magnetik 19°LS. Temuan berikutnya adalah saat EPB terbentuk, EPB selalu mencapai lintang magnetik 10°LS, baik untuk kasus PRE kuat dan PRE lemah. Menariknya penelitian ini juga menemukan bahwa iregularitas ionosfer yang berasosiasi dengan tingkat kejadian EPB yang tinggi berada di sisi miring peningkatan background densitas plasma (VTEC).

Artikel Terkait