digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Muhammad Ivan Syuhada
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Muhammad Ivan Syuhada
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Muhammad Ivan Syuhada
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Muhammad Ivan Syuhada
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Muhammad Ivan Syuhada
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Muhammad Ivan Syuhada
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang energi khususnya energi yang berasal dari fosil. Dalam perannya sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina secara bertahap terus bertransformasi menjadi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Nasional (NOC) nomor satu di Indonesia. Pertamina, untuk dapat memenuhi kebutuhan energi di Indonesia, saat ini memasok kebutuhan energi untuk: Angkutan Udara (avtur), Angkutan Laut (MFO, HSD), Transportasi Darat (Pertamax Turbo, Pertamax, Pertalite, Pertamina dex, Dexlite ) untuk Segmentasi Industri (HSD 10ppm, Solar B0, Bio diesel B30) Ritel Pelumas (untuk kendaraan bermotor) Industri Pelumas, Produk Petrokimia, dll. Pada tugas akhir ini, kasus diambil di PT Freeport Indonesia. Saat ini Pertamina merupakan salah satu pemasok kebutuhan bahan bakar dan pelumas untuk PT Freeport Indonesia (PTFI). Dalam memenuhi kebutuhan energinya, PTFI memperoleh pasokan dari PT Pertamina berupa: Avtur, Pertalite, Pelumas, Bio solar B30 dan Solar jenis khusus 10 PPM. Dalam kondisi saat ini, PT Pertamina merasa ada beberapa kendala yang perlu diatasi untuk mempertahankan posisinya sebagai pemasok utama dan meningkatkan share volume untuk memasok kebutuhan BBM di PTFI. Berdasarkan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara online, penulis menemukan bahwa ada 2 masalah utama yaitu terlalu banyak kontrak dan key account officer. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menganalisis kondisi saat ini dan mencari solusi untuk meningkatkan kualitas hubungan bisnis antara Pertamina dan PTFI. Penulis akan menerapkan New Wave Marketing sebagai pendekatan konseptual, karena untuk membuat grand design baru hubungan bisnis antara Pertamina dan PTFI, perlu dilakukan cara-cara yang lebih baru dan berbeda dalam pemasaran model lama. Penulis hanya menerapkan 6 dari 12 C karena dianggap C yang paling relevan untuk diterapkan pada kasus ini, 6C tersebut adalah Communitization, Confirmation, Conversation, Codification, Caring dan Collaboration. Metode Business Model Canvas juga akan diterapkan untuk mentransformasikan new wave marketing sebagai pendekatan konseptual menjadi eksekusi dan action plan yang nyata. Solusi bisnis untuk tugas akhir ini dapat disimpulkan menjadi 2 bagian utama yaitu One Single Contract dan One Single Contact. One Single Contract artinya hanya akan ada satu kontrak yang menampung semua produk BBM yang dibeli PTFI dan One Single Contact artinya hanya akan ada satu key account officer yang menangani PTFI, solusi tersebut diyakini akan mempermudah birokrasi. Penulis sebenarnya sudah mengimplementasikan solusi bisnis pada Maret 2021 dan terbukti berhasil karena disetujui terlebih dahulu oleh PTFI dan proses bisnisnya tampak berjalan lebih efektif.