Dinding pasangan bata terkekang dengan lapisan ferosemen semakin banyak dipertimbangkan sebagai solusi perkuatan dinding bata di wilayah rawan gempa. Namun, ketepatan prediksi respons searah bidang pada studi sebelumnya menunjukkan keterbatasan dalam menangkap fenomena pinching pada kurva histeresis. Penelitian ini merupakan studi lanjutan yang bertujuan memperoleh pemodelan numerik yang lebih konsisten. Perbaikan utama mencakup meshing yang lebih seragam, kalibrasi parameter material, penentuan boundary condition, serta pendefinisian parameter kontak automatic-surface-to-surface-tiebreak berbasis energi fraktur. Dua variasi kondisi batas dievaluasi, yaitu BC1 dengan kekangan dasar dinding arah x dan y, serta BC2 dengan dasar dinding tanpa kekangan tambahan. Selanjutnya dua skema parameter kontak juga dibandingkan, yaitu C1 dengan penelitian sebelumnya dan C2 dengan kalibrasi energi fraktur antarmuka. Dengan demikian, kombinasi pemodelan numerik yang dikaji adalah Model N-1 (BC1-C1), Model N-2 (BC2-C1), dan Model N-3 (BC2-C2). Validasi dilakukan terhadap kurva histeresis, kapasitas lateral, degradasi kekakuan, disipasi energi kumulatif, dan mekanisme kerusakan.
Secara keseluruhan, Model N-3 menunjukkan kesesuaian paling baik dibandingkan dengan Model N-1, Model N-2, sekaligus model penelitian sebelumnya, ditinjau dari respon siklik kurva histeresis, prediksi kapasitas lateral, degradasi kekakuan, dan disipasi energi. Kurva histeresis Model N-3 menunjukkan fenomena pinching yang belum tertangkap secara jelas pada penelitian sebelumnya. Prediksi kapasitas puncak lebih baik, terutama pada arah pembebanan dorong, walaupun masih cenderung konservatif pada arah pembebanan tarik. Secara praktis, hasilnya dapat menjadi rujukan awal penentuan parameter antarmuka dan boundary condition pada kajian numerik perkuatan dinding, serta memberi dasar bagi evaluasi kinerja seismik dan pengembangan pedoman perancangan/ retrofitting.
Perpustakaan Digital ITB