Pabrik Urea PKT-5 merupakan salah satu pabrik di PT. Pupuk Kalimantan Timur memproduksi urea dalam bentuk granul dengan kapasitas 3.500 ton/hari. Selama tahun 2018-2023 terjadi permasalahan dan penutupan yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Kondisi internal disebabkan oleh pengoperasian dan pemeliharaan yang tidak sesuai, ketersediaan suku cadang, dan material. Sebaliknya, faktor eksternal disebabkan oleh tersedianya bahan baku pembuatan pupuk urea seperti Amoniak dan CO2, serta utilitas pendukung seperti steam dan listrik. Konsekuensi dari unplanned downtime Pabrik Urea PKT-5 adalah perusahaan kehilangan margin keuntungan sebesar $10.434.806,6. Tesis ini bertujuan untuk mengurangi unplanned downtime pada pabrik Urea PKT-5 hingga mencapai target unplanned downtime tahunan dengan cara mencari akar permasalahan, menentukan solusi, dan mengevaluasi hasilnya. Tesis ini menggunakan pendekatan metodologi Overall Equipment Efficiency (OEE) untuk mengukur kinerja downtime berdasarkan penyebab masalahnya. Penyebab downtime yang tidak terencana diklasifikasikan ke dalam six big losses: minor stoppages dengan 61,62% dari unplanned downtime. Penganalisisan akar permasalahan dilakukan dengan menggunakan metodologi teori hubungan sebabakibat dari semua kemungkinan penyebab melalui diagram Current Reality Tree (CRT). Penentuan akar permasalahan ini melibatkan beberapa pihak dari tim produksi melalui brainstorming, kuesioner, diskusi dengan operator, dan topik yang dibahas dalam pertemuan. Dengan metodologi tersebut, akar permasalahannya adalah kurangnya penerapan sistem manajemen produksi. Penelitian ini menggunakan proses Goldratt dan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mengidentifikasi akar permasalahan dan menentukan pendekatan pemeliharaan terbaik. Temuan ini menunjukkan bahwa pendekatan pemeliharaan Berbasis Proses, termasuk Total Productive Maintenance (TPM), adalah strategi paling efektif untuk meningkatkan keandalan dan kinerja pabrik. Sasaran mewakili tujuan keputusan utama, sedangkan kriteria (efisiensi, kualitas, biaya, kemudahan) berfungsi sebagai faktor evaluasi. Alternatif seperti Metode Tradisional (Pemeliharaan Preventif, Pemeliharaan Korektif), Berbasis Teknologi (Pemeliharaan Berbasis Kondisi, Pemeliharaan Prediktif dengan IoT, Sistem Manajemen Pemeliharaan Terkomputerisasi), dan Metode Berbasis Proses (Pemeliharaan Produktif Total, Pemeliharaan Terpusat yang Andal, Pemeliharaan
Lean, Six Sigma), dinilai berdasarkan kriteria ini. Solusi bisnis yang diperoleh adalah bagaimana agar sistem manajemen produksi dapat berjalan dengan baik melalui review berkala terhadap pelaksanaan Total Productive Maintenance pada peralatan Pabrik Urea PKT-5, rencana, observasi di lapangan, pembahasan kendala yang muncul, peningkatan sharing pengetahuan, dan pelaksanaan program pelatihan yang berkesinambungan. Operator Development Program (ODP) memastikan bahwa karyawan di semua tingkatan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memelihara dan mengoperasikan pabrik secara efisien. Penerapan solusi bisnis dapat secara signifikan mengurangi downtime yang tidak direncanakan dari downtime aktual yang tidak direncanakan dan gap target dari 1,635 hari/bulan menjadi 0,952 hari/bulan serta meminimalkan hilangnya margin keuntungan sebesar Rp 8.915.270.410 per bulan.
Perpustakaan Digital ITB