digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Bakas Ramadhani
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Wilayah perkotaan metropolitan selalu berkembang akibat faktor urbanisasi, sehingga pola dan struktur perkotaan wilayah ini selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tentu terjadi pada Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung yang mencakup 5 kabupaten dan kota saat ini yang pembangunan di dalamnya memiliki indikasi urban sprawling. Selain itu, pada perencanaan wilayah metropolitan, definisi yang digunakan oleh setiap negara berbeda-beda dan cenderung bersifat politis-administratif, padahal wilayah metropolitan sendiri lebih sesuai untuk menjadi terminologi definitif. Metode penentuan batasan metropolitan yang digunakan pada penelitian ini adalah Functional Urban Area karena konsep ini mempertimbangkan kegiatan commuting masyarakat setempat yang identik dengan karakter metropolitan. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola dan struktur Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dengan konsep Functional Urban Area yang mencakup penentuan delineasi, penentuan sistem perkotaan, penentuan tingkat konektivitas struktur perkotaan, dan penentuan tingkat urban sprawling kawasan. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung yang dikaji menggunakan konsep Functional Urban Area pada penelitian ini menunjukkan karakter yang meluas sehingga mencakup 4 kabupaten lain di sekitarnya. Sistem perkotaan wilayah ini yang dikaji dengan metode skoring juga menunjukkan satu struktur dominan di Kota Bandung dan Cimahi yang mengindikasikan monosentrisitas kawasan. Tingkat urban sprawling kawasan ini secara keseluruhan yang diukur dengan metode skoring berada pada tingkat sedang dengan kecenderungan meningkat pada pinggiran kota. Hal ini cukup kontradiktif dengan penelitian lain yang menjelaskan bahwa polisentrisitas merupakan indikasi urban sprawling yang ternyata tidak terjadi pada penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini merangkum penentuan delineasi, sistem perkotaan, tingkat konektivitas struktur, dan tingkat urban sprawling Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.