Gunung Merapi, salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, menunjukkan aktivitas vulkanik yang kompleks, sehingga memerlukan pemantauan deformasi permukaan untuk memahami fenomena geodetik dan implikasinya terhadap penilaian risiko bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara deformasi permukaan, densitas kelurusan geologi, dan distribusi kejadian longsoran untuk memetakan zona kerentanan serta memahami dinamika vulkanik Gunung Merapi. Analisis dilakukan dengan mengintegrasikan data InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) berbasis LiCSBAS (Looking Inside the Continents from Space using Sentinel Aperture Radar), densitas kelurusan geologi menggunakan metode mSTA (modified Segment Tracing Algorithm). Penelitian ini memantau aktivitas vulkanik menggunakan data Sentinel-1 selama periode 2018–2023. Sebanyak 534 citra descending dan 902 interferogram yang mencakup area seluas 88 km² dianalisis. Hasil menunjukkan deformasi yang terdeteksi di Gunung Merapi mencakup inflasi dan deflasi dengan laju -30 mm/tahun hingga 20 mm/tahun. Inflasi terdeteksi secara luas di lereng Gunung Merapi, sedangkan deflasi terkonsentrasi di sekitar kawah. Data deformasi konsisten dengan pengukuran lapangan menggunakan Global Positioning System (GPS) yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), yang menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,78. Kelurusan geologi yang diekstraksi dari citra Sentinel-1 SAR menunjukkan bahwa arah dominan kelurusan adalah Barat-Timur, sesuai dengan arah struktur geologi regional. Sebanyak 53 titik longsor telah diinventarisasi dengan jumlah kejadian 2–3 kali per tahun. Berdasarkan hasil analisis, zona kerentanan pada daerah penelitian terbagi atas 4, yaitu zona kerentanan rendah dengan luas 84.17 km2, zona kerentanan menengah dengan luas 24.63 km2, zona kerentanan tinggi dengan luas 36.35 km2, dan zona kerentanan sangat tinggi dengan luas area 13.71 km2.
Perpustakaan Digital ITB