digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Dalam beberapa tahun terakhir, sektor perkeretaapian nasional mengalami perkembangan signifikan seiring dengan meningkatnya animo masyarakat terhadap transportasi kereta api. Akan tetapi, tren tersebut belum sepenuhnya diimbangi dengan peningkatan aspek keselamatan operasional. Sejumlah insiden masih kerap terjadi dalam satu dekade terakhir, dengan kelelahan sering diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan. Selaku operator utama layanan perkeretaapian nasional, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI telah menyadari pentingnya isu kelelahan dalam aspek operasional masinis dan asisten masinis. Namun demikian, kajian empiris mengenai tingkat kelelahan masinis dan asisten masinis di Indonesia masih relatif terbatas. Penelitian ini diinisiasi untuk mengevaluasi tingkat kelelahan masinis dan asisten masinis PT KAI di seluruh daerah operasi Pulau Jawa serta mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi secara signifikan terhadap eksistensi kelelahan tersebut. Selain itu, penelitian ini turut bertujuan untuk mengusulkan teknik mitigasi guna meminimalkan kelelahan. Tujuan-tujuan tersebut dicapai melalui pendekatan pengukuran subjektif menggunakan metode survei dengan instrumen kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri atas pertanyaan terbuka serta tertutup yang menggali persepsi responden terhadap kelelahan kerja, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kelelahan, dan usulan terkait pengendalian kelelahan. Selain itu, kuesioner turut memuat karolinska sleepiness scale (KSS) guna mengukur tingkat kantuk responden, mengingat kantuk merupakan bentuk manifestasi dari kelelahan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelelahan masinis dan asisten masinis berada dalam kategori rendah hingga moderat, dengan tingkat kelelahan/kantuk tertinggi terjadi pada shift malam, dinas langsir, dan dinas perjalanan kereta penumpang. Tingkat kelelahan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor operasional dan faktor non-operasional, seperti jadwal dinasan (OR = 1,64), waktu istirahat antar-dinasan (OR = 1,51), kualitas tidur di rumah (OR = 1,39), konsumsi obat-obatan ringan (OR = 1,52), tingkat stres di lingkungan kerja/saat dinasan (OR = 2,06), tingkat stres di rumah (OR = 1,60), dan tekanan akibat masalah ekonomi/finansial (OR = 1,31). Berdasarkan temuan tersebut, teknik mitigasi kelelahan yang dirancang meliputi penyesuaian waktu istirahat serta jadwal dinasan dengan pendekatan forward rotation, peningkatan kualitas istirahat, edukasi mengenai penggunaan obat-obatan ringan, penyesuaian sistem reward and punishment, peningkatan kondisi lingkungan kerja, serta penerapan fatigue risk management system (FRMS). Pada masa mendatang, kajian mengenai kelelahan masinis dan asisten masinis disarankan untuk mengombinasikan pendekatan subjektif dan objektif, menggunakan instrumen terstandar untuk kualitas tidur serta stres/tekanan mental (PSQI dan NASA TLX), serta merealisasikan observasi lapangan guna memverifikasi persepsi yang disampaikan responden, khususnya dalam aspek lingkungan kerja.