Sebagai bentuk komitmen terhadap Nationally Determined Contribution (NDC)
2030 untuk menekan emisi CO2 dan mencapai tujuan iklim global, Indonesia
melalui PLN telah menyiapkan berbagai langkah strategis guna menjalankan
transisi menuju ke energi bersih untuk mendukung tujuan Net Zero Emission (NZE)
pada tahun 2060, salah satunya adalah teknologi Carbon, Capture, and Storage
(CCS). Teknologi CCS yang diintegrasikan pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Uap (PLTGU) yang terdiri dari 5 blok dengan kapasitas 660 MW untuk tiap blok,
merupakan objek penelitian yang dikaji pada tesis ini. Delapan variasi dari
konfigurasi 5 blok PLTGU-CCS ini disimulasikan menggunakan software Aspen
HYSYS versi 12. Model penangkapan CO2 menggunakan metode absorpsi
menggunakan pelarut Methyldiethanolamine (MDEA) 42% dan Piperazine (PZ)
2,5% dengan target CO2 capture rate sebesar 90,03%, dan kompresi CO2 cair
ditargetkan hingga 145,8 bar. Untuk mengevaluasi nilai keekonomiannya
digunakan software Aspen Process Economic Analysis (APEA). Hasil validasi
menunjukan bahwa pada simulasi Case (2) dengan konfigurasi 1 blok PLTGU – 1
unit CCS, membutuhkan CAPEX dan OPEX sebesar 231,49 milyar dollar US dan
13,22 milyar dollar US yang berdampak pada kenaikan Levelized Cost of Electricity
(LCoE) menjadi 122,04 $/MWh atau 34,84% dari Biaya Pokok Produksi (BPP).
Case (9) dengan konfigurasi 2 blok PLTGU – 1 unit CCS (3 blok lainnya tidak
terintegrasi dengan CCS namun beriperasi normal), dipilih sebagai basis untuk
dilakukan analisa sensitivitas pajak karbon karena memenuhi aspek teknis dan
memiliki LCoE paling kecil. Hasilnya menunjukkan bahwa bila Case (9)
diimplementasikan dengan pengenaan pajak karbon sebesar 148 $/tCO2
menghasilkan LCoE optimum sebesar 50 $/MWh pada PTBAE 0,9 tCO2/MWh,
pengenaan pajak karbon sebesar 169,4 $/MWh menghasilkan LCoE optimum
sebesar 87,27 $/MWh pada PTBAE 0,5 tCO2/MWh, dan pengenaan pajak karbon
sebesar 206,63 $/tCO2 menghasilkan LCoE optimum sebesar 152,31 $/MWh pada
PTBAE 0 tCO2/MWh.
Perpustakaan Digital ITB