digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Petugas kebersihan merupakan individu yang melakukan berbagai tugas kebersihan untuk menjaga kebersihan dan kerapian ruang publik, fasilitas umum, maupun area tertentu lainnya. Salah satu petugas yang bekerja di luar ruangan adalah tukang sapu. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tukang sapu di kawasan Institut Teknologi Bandung, ditemukan bahwa 50% tukang sapu mengaku merasakan nyeri pada bahu, 50% merasakan nyeri pada pinggang, 33% merasakan nyeri pada punggung, dan 33% merasakan nyeri pada tangan. Selain itu, 83% tukang sapu mengaku merasa ketidaknyamanan saat bekerja akibat cuaca panas di siang hari. Nyeri pada bagian tubuh merupakan salah satu gejala dari gangguan muskuloskeletal. Gejala terkait cuaca panas berhubungan erat dengan aspek lingkungan kerja. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh dari heat stress terhadap aspek fisiologi dan kognitif, serta mengevaluasi aspek biomekanika pada aktivitas tukang sapu. Metode yang digunakan untuk menilai risiko heat stress adalah Wet Bulb Globe Temperature (WBGT). Aspek fisiologi diukur melalui heart rate pekerja, aspek biomekanika dievaluasi menggunakan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA), aspek kognitif diukur dengan kuesioner NASA- RTLX dan kecepatan kerja. Penelitian ini melibatkan 35 partisipan yang bekerja sebagai tukang sapu, berjenis kelamin laki-laki, dan berada pada rentang usia 24 – 48 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,001) pada nilai WBGT di kondisi pagi hari dan siang hari. Perbedaan heat ini menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada kondisi fisiologis dan kognitif pekerja tukang sapu antara kondisi pagi hari dan siang hari. Aktivitas tukang sapu memiliki prevalensi keluhan muskuloskeletal paling banyak pada bagian punggung bawah, pergelangan tangan, dan bahu. Dari hasil penelitian ini, dirancang usulan perbaikan berupa penyediaan area teduh, perbaikan waktu kerja dan waktu istirahat, perbaikan postur kerja, perbaikan alat kerja, dan rotasi kerja. Pekerja tukang sapu perlu mengadaptasi rutinitas kerja dan kebijakan baru apabila solusi dijalankan. Berdasarkan hasil penelitian, pihak pelaksana perlu mengadakan sosialisasi dan pelatihan untuk memastikan rekomendasi solusi dapat berjalan dengan efektif.