Pertumbuhan industri konstruksi yang pesat di Indonesia menyebabkan peningkatan limbah konstruksi, konsumsi material berlebihan, serta emisi karbon yang signifikan. Limbah konstruksi menyumbang hingga 40% dari total limbah global, yang jika tidak dikelola secara efektif akan mengakibatkan pemborosan sumber daya, peningkatan biaya proyek, dan dampak buruk terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan konsep Green Construction pada tahap konstruksi proyek di Indonesia, mengidentifikasi faktor-faktor penghambat implementasi, serta merumuskan rekomendasi strategi untuk meningkatkan penerapannya. Metode penelitian menggunakan pendekatan campuran dengan analisis kuantitatif (kuesioner skala Likert 1–4 terhadap indikator SE Menteri PUPR No. 1 Tahun 2022 dan rating PUSKIM 2016) serta kualitatif melalui wawancara mendalam dengan perwakilan pihak proyek. Studi kasus mencakup tiga proyek gedung dengan tingkat sertifikasi karakteristik berbeda: RS Harapan Kita–Tokushukai (LEED Platinum), RS Kanker Dharmais (Greenship Gold), dan Labtek XV ITB (tanpa sertifikasi). Hasil evaluasi menunjukkan RS Harapan Kita memiliki tingkat penerapan tertinggi (rata-rata skor indikator 3,4/4 atau 85%), diikuti RS Dharmais (2,8/4 atau 70%), dan Labtek XV ITB (2,2/4 atau 55%). Didapatkan faktor utama yang menghambat implementasi meliputi lemahnya regulasi pemerintah, kurangnya komitmen manajemen proyek, keterbatasan material bersertifikat hijau, serta minimnya penggunaan teknologi digital di lapangan. Penelitian ini merekomendasikan strategi implementasi dengan memperkuat regulasi dan insentif pemerintah, meningkatkan pemanfaatan teknologi digital seperti BIM, optimalisasi rantai pasok hijau, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan praktis dalam meningkatkan penerapan konstruksi berkelanjutan di proyek konstruksi di Indonesia.
Perpustakaan Digital ITB