Ketersediaan air bersih merupakan tantangan global, khususnya di wilayah dengan
sumber daya air terbatas. Salah satu solusi yang efisien dan ramah lingkungan
adalah teknologi solar still, yang memanfaatkan energi surya untuk proses distilasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan performa solar
still konvensional dengan solar still tipe hibrida yang dilengkapi elemen pemanas
(heater) sebagai sumber energi tambahan. Variasi kedalaman air (2 cm, 5 cm, dan
8 cm) serta lima titik pengukuran temperatur (A–E) digunakan untuk menganalisis
distribusi termal dan pengaruhnya terhadap output sistem.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penggunaan pemanas secara signifikan
meningkatkan suhu air basin, temperatur kaca, dan temperatur udara di dalam unit.
Efek ini berdampak langsung pada peningkatan laju evaporasi dan volume air hasil
distilasi. Output tertinggi tercatat pada solar still hibrida dengan kedalaman air 2
cm, yakni sebesar 160 mL, lebih tinggi dibandingkan unit konvensional dengan 140
mL. Efisiensi termal dan laju evaporasi sistem hibrida juga lebih unggul pada
seluruh variasi kedalaman. Analisis distribusi temperatur dari lima titik pengukuran
menunjukkan bahwa titik tengah (Titik C dan E) mengalami akumulasi panas
tertinggi, yang berkontribusi signifikan terhadap performa distilasi.
Dengan demikian, integrasi antara pemanasan pasif (matahari) dan aktif (elemen
pemanas) dalam desain solar still hibrida terbukti mampu meningkatkan efisiensi
termal dan produktivitas air suling. Teknologi ini memiliki potensi aplikatif untuk
penyediaan air bersih di daerah terpencil dengan keterbatasan energi konvensional.
Perpustakaan Digital ITB