digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fildzah Khairon Varari
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia yang terletak di Cincin Api Pasifik memiliki potensi geotermal besar berkat banyaknya gunung api aktif. Penelitian ini mengaplikasikan metode Ambient Seismic Noise Tomography (ANT) untuk memodelkan struktur kecepatan seismik bawah permukaan di kawasan eksplorasi geotermal “ANPA”. Dari aspek akuisisinya, ANT relatif lebih sederhana karena tidak memerlukan sumber buatan dan dapat dikonfigurasikan untuk cakupan wilayah yang akan diteliti serta relatif dapat diterapkan dalam berbagai kondisi lapangan. Pada penelitian ini, data ambient noise direkam oleh 10 seismometer dengan rentang Januari–Maret 2022. Data tersebut diolah, yang meliputi tahapan: preprocessing data seperti detrending, demeaning, bandpass filtering, segmentasi, serta normalisasi temporal (1-bit normalization) dan spectral whitening untuk meminimalkan noise yang tidak koheren. Selanjutnya, tiap pasangan data komponen vertikal dikorelasi-silang untuk menghasilkan Empirical Green’s Function (EGF) gelombang Rayleigh. Setelah diperoleh EGF, kemudian kurva dispersi diekstraksi dari EGF menggunakan teknik frequency-time analysis (FTAN). Kumpulan kurva dispersi selanjutnya digunakan dalam direct inversion tomography untuk membangun model distribusi kecepatan gelombang geser (Vs). Hasil inversi menunjukkan variasi Vs antara 0.8 km/s hingga 1.3 km/s dengan pola distribusi yang mencerminkan struktur geologi utama dalam sistem geotermal. Anomali kecepatan tinggi dominan di bagian permukaan hingga kedalaman 0.5 km hingga sekitar 1.7 km, pola ini diinterpretasikan sebagai zona batuan lebih rapat di atas reservoir geotermal. Di bawah zona tersebut, anomali kecepatan rendah diduga menunjukkan area berporositas tinggi yang kemungkinan terisi fluida panas. Model yang dihasilkan sesuai dengan hasil dari metode gravitasi dan magnetotellurik (MT) berdasarkan penelitian sebelumnya. Meski demikian, resolusi ANT dalam penelitian ini terbatas hingga kedalaman 3 km dan ukuran anomali yang dapat diresolusi relatif besar karena keterbatasan jumlah stasiun seismik. Peningkatan jumlah dan kerapatan jaringan stasiun diharapkan dapat memperbaiki hal tersebut. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa metode ANT efektif untuk eksplorasi geotermal, terutama dalam mengidentifikasi struktur geotermal tanpa bergantung pada sumber gempa aktif, serta berpotensi diterapkan lebih luas dalam studi geotermal dan mitigasi risiko geologi melalui pemetaan struktur kecepatan seismik bawah permukaan.