COVER Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan
daya saing dan kesejahteraan suatu bangsa. Perkembangan zaman menuntut dunia
konstruksi untuk semakin efisien selama melaksanakan proyek. Salah satu metode
pelaksanaan proyek yang berkembang pesat adalah delivery system design build.
Pada metode ini, proses perancangan dan pelaksanaan konstruksi dilaksanakan
secara paralel oleh satu entitas, yaitu design builder yang terdiri atas konsultan
perancang dan kontraktor. Metode ini memungkinkan pemilik proyek untuk bekerja
dengan satu entitas tunggal yang bertanggung jawab dalam proses desain dan
konstruksi dengan harapan dapat menghemat waktu dan biaya serta mengurangi
konflik antar tim desain dan konstruksi. Akan tetapi, implementasi sistem designbuild
juga menimbulkan perubahan mendasar terhadap posisi konsultan perancang.
Dalam sistem ini, posisi dan peran mereka berubah secara signifikan dibandingkan
dengan sistem konvensional (design bid build). Perubahan ini menimbulkan
tantangan tersendiri yang menuntut konsultan untuk mampu beradaptasi dengan
mekanisme kerja baru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh
konsultan perancang serta peluang yang dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan
proyek dengan delivery system design build. Untuk mencapai tujuan penelitian,
digunakan metode penelitian campuran (mixed method), yaitu penelitian kuantitatif
melalui penyebaran kuesioner dan penelitian kualitatif melalui wawancara.
Responden dan narasumber berasal dari perwakilan pihak konsultan perancang
ii
yang sudah pernah melaksanakan proyek design build yang berlokasi di Indonesia.
Kuesioner disusun dan dikembangkan berdasarkan studi literatur. Kuesioner yang
disebarkan terdiri atas 9 klasifikasi tantangan dan 5 klasifikasi peluang. Hasil
kuesioner diolah menggunakan metode Relative Importance Indeks (RII) untuk
setiap variabel tantangan dan peluang sehingga bisa didapatkan variabel tantangan
dan peluang yang paling berpengaruh. Setelah itu, dilakukan klasifikasi lebih lanjut,
yaitu untuk tantangan akan diklasifikasikan berdasar pihak yang menjadi sumber
utama penyebab terjadinya tantangan sedangkan untuk peluang akan
diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya peluang. Hasil wawancara yang telah
dilakukan diolah dengan analisis deskriptif dan dijadikan sebagai bahan validasi
hasil kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tantangan utama yang dihadapi oleh
konsultan perancang selama melaksanakan proyek dengan sistem design-build
berasal dari pihak owner dan kontraktor. Tantangan yang disebabkan oleh pihak
owner, yaitu banyaknya perubahan design akibat permintaan owner, tidak terdapat
waktu yang cukup untuk menyiapkan dokumen penawaran, dan owner memberikan
instruksi langsung kepada kontraktor tanpa melalui konsultan perancang terlebih
dahulu. Tantangan yang disebabkan oleh pihak kontraktor, yaitu kontraktor tidak
memberikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan design dan tidak terdapat
jadwal yang realistis sehingga tidak cukup waktu untuk pengembangan design.
Tantangan-tantangan yang ada pada dasarnya bermuara pada permasalahan revisi
design yang tidak hanya berdampak terhadap efisiensi proses perancangan, tetapi
juga berdampak terhadap kemungkinan peningkatan biaya dan keterlambatan
jadwal proyek, sementara dalam metode design build, biaya telah dikunci sejak
awal dan pelaksanaannya membutuhkan waktu yang cepat.
Di lain sisi, peluang utama yang bisa didapatkan oleh konsultan perancang dapat
muncul baik selama keberlangsungan proyek maupun setelah proyek selesai.
Selama proyek berlangsung, terdapat peluang berupa adanya tanggung jawab
bersama dengan kontraktor dan apabila ada kesalahan design dapat segera
diperbaiki tanpa adanya birokrasi yang panjang. Sementara itu, setelah proyek
selesai, peluang yang bisa didapat, yaitu bisa memperoleh lebih banyak proyek
dengan skala yang lebih besar dan bisa memperoleh pembayaran lebih besar
dibandingkan dengan proyek konvensional.
.
Perpustakaan Digital ITB