digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Nabila Nurfaiza Ardianty
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan daya saing dan kesejahteraan suatu bangsa. Perkembangan zaman menuntut dunia konstruksi untuk semakin efisien selama melaksanakan proyek. Salah satu metode pelaksanaan proyek yang berkembang pesat adalah delivery system design build. Pada metode ini, proses perancangan dan pelaksanaan konstruksi dilaksanakan secara paralel oleh satu entitas, yaitu design builder yang terdiri atas konsultan perancang dan kontraktor. Metode ini memungkinkan pemilik proyek untuk bekerja dengan satu entitas tunggal yang bertanggung jawab dalam proses desain dan konstruksi dengan harapan dapat menghemat waktu dan biaya serta mengurangi konflik antar tim desain dan konstruksi. Akan tetapi, implementasi sistem designbuild juga menimbulkan perubahan mendasar terhadap posisi konsultan perancang. Dalam sistem ini, posisi dan peran mereka berubah secara signifikan dibandingkan dengan sistem konvensional (design bid build). Perubahan ini menimbulkan tantangan tersendiri yang menuntut konsultan untuk mampu beradaptasi dengan mekanisme kerja baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh konsultan perancang serta peluang yang dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan proyek dengan delivery system design build. Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan metode penelitian campuran (mixed method), yaitu penelitian kuantitatif melalui penyebaran kuesioner dan penelitian kualitatif melalui wawancara. Responden dan narasumber berasal dari perwakilan pihak konsultan perancang ii yang sudah pernah melaksanakan proyek design build yang berlokasi di Indonesia. Kuesioner disusun dan dikembangkan berdasarkan studi literatur. Kuesioner yang disebarkan terdiri atas 9 klasifikasi tantangan dan 5 klasifikasi peluang. Hasil kuesioner diolah menggunakan metode Relative Importance Indeks (RII) untuk setiap variabel tantangan dan peluang sehingga bisa didapatkan variabel tantangan dan peluang yang paling berpengaruh. Setelah itu, dilakukan klasifikasi lebih lanjut, yaitu untuk tantangan akan diklasifikasikan berdasar pihak yang menjadi sumber utama penyebab terjadinya tantangan sedangkan untuk peluang akan diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya peluang. Hasil wawancara yang telah dilakukan diolah dengan analisis deskriptif dan dijadikan sebagai bahan validasi hasil kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tantangan utama yang dihadapi oleh konsultan perancang selama melaksanakan proyek dengan sistem design-build berasal dari pihak owner dan kontraktor. Tantangan yang disebabkan oleh pihak owner, yaitu banyaknya perubahan design akibat permintaan owner, tidak terdapat waktu yang cukup untuk menyiapkan dokumen penawaran, dan owner memberikan instruksi langsung kepada kontraktor tanpa melalui konsultan perancang terlebih dahulu. Tantangan yang disebabkan oleh pihak kontraktor, yaitu kontraktor tidak memberikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan design dan tidak terdapat jadwal yang realistis sehingga tidak cukup waktu untuk pengembangan design. Tantangan-tantangan yang ada pada dasarnya bermuara pada permasalahan revisi design yang tidak hanya berdampak terhadap efisiensi proses perancangan, tetapi juga berdampak terhadap kemungkinan peningkatan biaya dan keterlambatan jadwal proyek, sementara dalam metode design build, biaya telah dikunci sejak awal dan pelaksanaannya membutuhkan waktu yang cepat. Di lain sisi, peluang utama yang bisa didapatkan oleh konsultan perancang dapat muncul baik selama keberlangsungan proyek maupun setelah proyek selesai. Selama proyek berlangsung, terdapat peluang berupa adanya tanggung jawab bersama dengan kontraktor dan apabila ada kesalahan design dapat segera diperbaiki tanpa adanya birokrasi yang panjang. Sementara itu, setelah proyek selesai, peluang yang bisa didapat, yaitu bisa memperoleh lebih banyak proyek dengan skala yang lebih besar dan bisa memperoleh pembayaran lebih besar dibandingkan dengan proyek konvensional. .