digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bendungan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat yaitu sebagai penyimpan air, pencegah banjir, penyediaan air irigasi, objek wisata, penyediaan energi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan lainnya. Bendungan Budong-Budong merupakan bendungan urugan yang memiliki tampungan sebesar 79,83 juta m3 yang dibangun di Desa Salulekbo, Kabupaten Mamuju Tengah. Disamping banyaknya manfaat dari bendungan, terdapat potensi bahaya yang dapat membahayakan jiwa manusia dan merusak infrastruktur di bagian hilirnya. Salah satu potensi bahaya yang dapat diakibatkan adalah keruntuhan bendungan. Dengan mempertimbangkan potensi bahaya yang diakibatkan oleh keruntuhan bendungan, diperlukan pengkajian risiko bencana banjir akibat keruntuhan bendungan. Analisis keruntuhan bendungan dilakukan dengan menggunakan software HEC-RAS dengan skenario kondisi muka air waduk setinggi muka air normal. Kondisi dalam analisis keruntuhan bendungan Budong-Budong ditinjau dalam kondisi akibat piping bawah pada elevasi ± 49 meter. Kondisi ini diasumsikan merupakan kondisi awal sebagai acuan untuk melakukan tindak rencana mitigasi bencana dalam upaya meminimalkan kerugian baik materil maupun imateril. Dari hasil pemodelan dengan skenario piping bawah, didapatkan Qpeak dengan total 13.691,3 m3/s dengan luas area tergenang sebesar 102.771 Km2 dengan total volume yang ada di waduk sebesar 57 juta m3. Desa yang terdampak akibat banjir oleh keruntuhan bendungan sebesar 20 desa di 5 Kecamatan sepanjang sungai Budong-Budong. Tingkat ancaman banjir di 5 Kecamatan sepanjang sungai terbagi menjadi 3 kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Parameter banjir yang dianalisis meliputi kedalaman, kecepatan, dan kecepatan rambat gelombang banjir (celerity). Selain itu, penelitian ini juga mengkaji tingkat kerentanan sosial, ekonomi, fisik, dan lingkungan, serta kapasitas penanggulangan wilayah berdasarkan pedoman BNPB. Strategi mitigasi dilakukan melalui pendekatan SWOT dan peningkatan kapasitas masyarakat, yang menunjukkan efektivitas dalam menurunkan tingkat risiko secara spasial. Penelitian ini menjadi dasar penting dalam penyusunan dokumen rencana tindak darurat dan kebijakan pengurangan risiko bencana di sekitar wilayah bendungan.