digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

GLB merupakan proyek pengembangan minyak dan gas lepas pantai yang berada pada reservoir fluida multi-fase, dengan tantangan teknis, operasional, dan ekonomi yang berat. PSC Gross Split berbeda dengan cost recovery, tidak memberikan penggantian biaya pengembangan; sebagai gantinya, pendapatan produksi langsung dibagi antara pemerintah dan kontraktor di hulu. Namun, Peraturan Menteri ESDM No. 52 Tahun 2017 memberikan insentif tambahan untuk proyek-proyek yang secara ekonomi tergolong marginal, memiliki biaya tinggi, atau kompleks secara teknis—sehingga memberikan fleksibilitas fiskal tertentu bagi proyek seperti GLB. Model keuangan disusun berdasarkan asumsi parameter proyek, termasuk skenario harga minyak, cadangan hidrokarbon, estimasi profil produksi, serta perkiraan CAPEX dan OPEX yang merujuk pada proyek sejenis. Analisis menggunakan metode konvensional Discounted Cash Flow seperti NPV, IRR, PI, dan POT menunjukkan hasil NPV sedikit positif pada skenario dasar. Analisis sensitivitas terhadap variabel CAPEX, OPEX, volume produksi, dan harga minyak dalam rentang ±20% menunjukkan NPV sangat sensitif, terutama terhadap harga minyak dan volume produksi. Selain itu, untuk menilai tingkat risiko proyek, dilakukan simulasi Monte Carlo sebanyak 1.000 iterasi, yang menghasilkan 44% dari NPV yang disimulasikan bernilai negatif, mengindikasikan kerentanan ekonomi tinggi dan ketergantungan besar terhadap kondisi pasar yang volatil. Berdasarkan skenario dan simulasi tersebut, proyek dinilai tidak layak secara finansial jika tetap menggunakan skema gross split default. Namun, penambahan porsi split untuk kontraktor terbukti dapat meningkatkan indikator keuangan, khususnya NPV dan IRR. Setiap kenaikan 1% porsi split untuk kontraktor meningkatkan NPV sekitar USD 2,3 juta, yang secara signifikan meningkatkan daya tarik investasi proyek. Maka, diperlukan penyesuaian fiskal yang lebih menguntungkan dalam strategi implementasi proyek secara bertahap. Pendekatan ini dirancang untuk meningkatkan kelayakan proyek, meminimalkan risiko negatif, serta mendukung pencapaian kebijakan nasional dalam target produksi.