Abstrak - Nabila Putri Bangun
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Bencana alam seperti gempa bumi tidak hanya meninggalkan dampak lingkungan, fisik, ekonomi dan sosial tetapi juga berpotensi menimbulkan gangguan psikologis yang sering kali terabaikan, salah satunya adalah Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik psikologis berikut aktivitas gelombang otak alpha dan beta sebagai indikator kemungkinan PTSD pada penyintas pascabencana gempa bumi yang terjadi pada tanggal 31 Desember 2023 di Desa Sukajaya, Kabupaten Sumedang. Pengambilan data dilakukan sekitar 5 bulan setelah bencana terjadi, tepatnya pada tanggal 20 Juni 2024 di Desa Sukajaya dengan partisipan sebanyak 18 individu yang merupakan penyintas pascabencana gempa bumi di desa tersebut. Partisipan melakukan skrining PTSD menggunakan kuesioner PCL-5 dan aktivitas otaknya direkam menggunakan perangkat EEG pada kanal AF7, AF8, TP9, dan TP10 dalam tiga kondisi: sebelum, saat, dan setelah diberikan stimulus audiovisual berupa potongan video kejadian bencana. Profil aktivitas gelombang otak yang terekam dari penyintas dianalisis dengan tiga parameter, yaitu Power Spectral Density (PSD), Frontal Alpha Asymmetry (FAA) dan Temporoparietal Alpha Asymmetry (TAA). Hasil menunjukkan bahwa hanya 3 dari 18 (16.7%) partisipan yang terindikasi PTSD secara klinis berdasarkan skor PCL-5 dengan gejala dominan intrusion dan avoidance pada penyintas terindikasi PTSD, sedangkan yang tidak terindikasi menunjukan gejala dominan negative alteration dan hyperarousal. Namun demikian, analisis EEG memperlihatkan adanya penurunan nyata gelombang alpha pada semua kanal saat stimulus diberikan, sedangkan gelombang beta mengalami peningkatan nyata pada semua kanal setelah stimulus diberikan yang diikuti oleh perubahan asimetri frontal (FAA) menjadi dominan pada hemisfer kanan tetapi pada area temporoparietal (TAA) justru menunjukan dominansi pada hemisfer kiri sehingga hal ini mencerminkan respons emosional stress tetapi tidak spesifik pada PTSD. Gelombang alpha tetap belum kembali ke tingkat awal bahkan setelah stimulus dihentikan, sementara gelombang beta bertahan pada tingkat tinggi yang menandakan adanya efek residual aktivasi otak akibat stimulus audiovisual yang dapat membangkitkan memori traumatis penyintas. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun tidak semua penyintas secara klinis terdiagnosis PTSD, tetapi profil aktivitas otaknya mencerminkan adanya respons stres yang cukup kuat meski tidak sepenuhnya mencerminkan respon otak terhadap PTSD. Hal ini mengindikasikan bahwa pengukuran neurofisiologis dapat menjadi tinjauan penting dalam memahami dampak psikologis pascabencana pada penyintas.
Perpustakaan Digital ITB