Pertumbuhan populasi di Indonesia semakin meningkat sehingga kebutuhan
pangan juga meningkat, namun tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan lahan
untuk pertanian. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan pangan secara mandiri perlu
dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan sistem pertanian
perkotaan dengan Three sisters. Three sisters merupakan sistem pertanian tumpang sari
yang menggabungkan budidaya tanaman jagung, kacang kacangan, dan labu di satu
tempat atau plot dan dapat dilakukan pada luasan lahan yang relatif sempit. Dalam
budidaya tanaman, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah proses
penyerbukannya untuk mendapatkan hasil produktivitas yang tinggi. Pada sistem
pertanian urban, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan aplikasi
serangga penyerbuk terdomestikasi seperti lebah tidak bersengat (Trigona laeviceps).
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan menentukan pengaruh ruang
tumbuh terhadap visitation rate lebah Trigona laeviceps pada sistem budidaya three
sisters (Jagung (Zea mays), labu (Cucurbita moschata), buncis (Phaseolus vulgaris)
dengan ruang tumbuh yang berbeda. Hasil dari penelitian ini adalah visitation rate
lebah Trigona laeviceps pada tanaman buncis sama pada semua perlakuan yaitu rata
rata 0.0 lebah/bunga/jam, pada tanaman jagung tertinggi pada perlakuan P1 (Growbag
75 liter) yaitu rata rata 24.86 lebah/bunga/jam, dan pada tanaman labu tertinggi pada
perlakuan P2 (Growbag 100 liter) yaitu 8.58 lebah/bunga/jam.
Perpustakaan Digital ITB