digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertumbuhan populasi di Indonesia semakin meningkat sehingga kebutuhan pangan juga meningkat, namun tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan lahan untuk pertanian. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan pangan secara mandiri perlu dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan sistem pertanian perkotaan dengan Three sisters. Three sisters merupakan sistem pertanian tumpang sari yang menggabungkan budidaya tanaman jagung, kacang kacangan, dan labu di satu tempat atau plot dan dapat dilakukan pada luasan lahan yang relatif sempit. Dalam budidaya tanaman, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah proses penyerbukannya untuk mendapatkan hasil produktivitas yang tinggi. Pada sistem pertanian urban, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan aplikasi serangga penyerbuk terdomestikasi seperti lebah tidak bersengat (Trigona laeviceps). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan menentukan pengaruh ruang tumbuh terhadap visitation rate lebah Trigona laeviceps pada sistem budidaya three sisters (Jagung (Zea mays), labu (Cucurbita moschata), buncis (Phaseolus vulgaris) dengan ruang tumbuh yang berbeda. Hasil dari penelitian ini adalah visitation rate lebah Trigona laeviceps pada tanaman buncis sama pada semua perlakuan yaitu rata rata 0.0 lebah/bunga/jam, pada tanaman jagung tertinggi pada perlakuan P1 (Growbag 75 liter) yaitu rata rata 24.86 lebah/bunga/jam, dan pada tanaman labu tertinggi pada perlakuan P2 (Growbag 100 liter) yaitu 8.58 lebah/bunga/jam.