Industri konstruksi di Indonesia menghadapi masalah serius terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dengan sektor konstruksi menyumbang 63,6% dari total kecelakaan kerja nasional menurut data BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2022. Kelelahan fisik pekerja, yang disebabkan oleh beban kerja berat serta faktor lingkungan seperti suhu ekstrem, pencahayaan, dan kebisingan berkontribusi signifikan terhadap tingginya angka kecelakaan. Oleh karena itu, pengelolaan kelelahan kerja menjadi kunci penting dalam menurunkan angka kecelakaan dan meningkatkan keselamatan pekerja di sektor konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor lingkungan kerja dan karakteristik individu terhadap tingkat kelelahan kerja pada pekerja konstruksi serta mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh dalam kelelahan kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 81 pekerja berusia antara 20 hingga 50 tahun. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor fisik lingkungan kerja yang diukur menggunakan Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) dan 4-in-1 Environment Meter, sementara variabel terikatnya adalah kelelahan kerja yang diukur melalui kuesioner International Fatigue Research Committee dan pengujian waktu reaksi. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, beberapa variabel yang mempengaruhi kelelahan kerja dapat diidentifikasi baik pada kondisi outdoor maupun indoor. Pada pekerja outdoor, dua variabel yang berpengaruh signifikan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan nilai p = 0,022 dan Temperatur dengan nilai p = 0,026. Sementara pada kondisi indoor, Intensitas Kebisingan menunjukkan pengaruh signifikan dengan nilai p = 0,039. Variabel lainnya seperti usia, lama kerja, intensitas cahaya, dan beban kerja tidak menunjukkan pengaruh signifikan pada kedua kondisi tersebut .
Perpustakaan Digital ITB