FATIMAH QURROTA A'YUN
EMBARGO  2028-03-20 
EMBARGO  2028-03-20 
FATIMAH QURROTA A'YUN
EMBARGO  2028-03-20 
EMBARGO  2028-03-20 
FATIMAH QURROTA A'YUN
EMBARGO  2028-03-20 
EMBARGO  2028-03-20 
FATIMAH QURROTA A'YUN
EMBARGO  2028-03-20 
EMBARGO  2028-03-20 
FATIMAH QURROTA A'YUN
EMBARGO  2028-03-20 
EMBARGO  2028-03-20 
FATIMAH QURROTA A'YUN
EMBARGO  2028-03-20 
EMBARGO  2028-03-20 
Navicula salinicola NLA merupakan diatom dari perairan laut tropis. Diatom adalah mikroalga uniseluler
yang menghasilkan silika terhidrasi di sekitar membrannya yang disebut sebagai biosilika. Biosilika diatom
memiliki permukaan yang luas dan pori-pori hierarkis, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai
biomaterial, contohnya matriks penghantaran obat, material implan, dan biosensor. Biosilika diatom
diketahui dapat digunakan sebagai matriks amobilisasi protein, seperti albumin serum sapi (Bovine Serum
Albumin, BSA). Protein dapat mengalami perubahan konformasi akibat interaksi dengan permukaan
adsorben atau perubahan kondisi lingkungan, seperti pH dan temperatur. Oleh karena itu, tujuan penelitian
ini adalah mempelajari profil perubahan struktur BSA dan BSA teradsorpsi pada biosilika terhadap variasi
pH dan temperatur. Pada penelitian ini, biosilika diekstrak dari biomassa Navicula salinicola NLA yang
diperoleh dari Kepulauan Seribu, Indonesia. Biosilika berhasil diekstraksi dari biomassa basah dengan
persen perolehan biosilika sebesar 0,99% (berat/berat). Melalui analisis spektrum FTIR, biosilika
mengandung gugus siloksan (Si–O–Si) dan gugus silanol (Si–OH ) yang ditandai oleh puncak pada
bilangan gelombang 804 cm-1, 1091 cm-1, dan 3448 cm-1. Adsorpsi BSA pada biosilika mengikuti model
kinetika orde satu semu. Penentuan kapasitas adsorpsi biosilika terhadap BSA pada pH 4,2–9 dilakukan
melalui pengukuran kadar BSA teradsorpsi pada biosilika secara spektrofotometrik berdasarkan serapan
pada panjang gelombang 280 nm. Berdasarkan hasil yang diperoleh, kapasitas adsorpsi biosilika
dipengaruhi oleh pH. Kapasitas adsorpsi optimum biosilika terhadap BSA diperoleh pada pH 4,2.
Perubahan konformasi BSA diinvestigasi melalui analisis spektrofotometri fluoresensi dan spektroskopi
Circular Dichroism (CD). BSA mengandung residu triptofan yang dapat berfluoresensi menghasilkan emisi
pada panjang gelombang 300–550 nm. Perbandingan sinyal fluoresensi BSA bebas dan BSA teradsorpsi
pada berbagai pH dan temperatur menunjukkan bahwa intensitas fluoresensi BSA meningkat setelah BSA
teradsorpsi pada biosilika. Secara umum, intensitas fluoresensi BSA bebas dan BSA teradsorpsi menurun
seiring dengan kenaikan temperatur. Fluoresensi BSA pada pH < pI cenderung meningkat, sementara pada
pH > pI, intensitas fluoresensinya tidak berbeda secara signifikan. Analisis kuantitatif CD digunakan untuk
mengamati perubahan konformasi struktur sekunder BSA (?-helix, ?-sheet, ?-turns, dan random coils).
Perubahan struktur sekunder BSA teramati seiring dengan perubahan pH dan kenaikan temperatur. Pada
kondisi asam (pH 4,2) dan basa (pH 9,2), BSA mengalami penurunan helisitas sebesar 15,9% dan 16,5%,
secara berturut-turut.
Perpustakaan Digital ITB